WARTAKEPRI.co.id , BATAM – Mengintip kehidupan malam di Kota Batam, tentunya tidak terlepas dari aktifitas praktik prostitusi. Beragam rupa, cara dan tingkah, tersebar hadir dalam kegelapan. Ya, begitulah aktifitasnya memanfaatkan kehidupan malam hari. Dengan gaya seronok, pamerkan keseksian, ia hadir berjuang menarik rejeki ditengah malam.
Siapa yang tidak tau, dan siapa pula yang terpaksa bahkan dipaksa membisu melihat pemandangan ini. Meskipun sebagian besar kalangan banyak yang mengutuk, namun tidak sedikit pula yang menikmati kehadirannya. Seolah menutup mata, kehadirannya terkesan dibiarkan dan sengaja dipelihara.
Bercerita kehidupan malam yang senantiasa dimanfaatkan serta dijadikan sebagai jadwal dari praktik prostitusi, merupakan suatu ajang kegiatan yang lumrah bagi penyaji syahwat. Adalah mereka yang akrab dikenal dengan sebutan Pekerja Seks Komersial (PSK), berlomba-lomba berjuang demi meraup Rupiah.
Seakan tak kenal lelah, kemampuan mereka menjual kenikmatan duniawi, semakin tak terbendung lagi. Tak peduli larangan, ejekan, bahkan lari-larian diburu petugas, mereka tetap setia hadir mengisi pesona malam. Berdiri dan memanggil-manggil pengunjung yang datang, itu merupakan satu dari sekian jurus mereka dalam memulai transaksi seks.
BACA JUGA PARAH.. Muncikari 14 Tahun Tawarkan Gadis ABG Mulai Rp 75 Ribu, per ABG dapat Rp 20 Ribu
Bukan itu saja, beberapa tempat di Jodoh dan Nagoya sangat pantas dikatakan sebagai pusatnya keberadaan para penjaja seks. Dalam bentuk dan gaya yang berbeda, keberadaan tempat panti pijat terpajang ramai mengisi sudut kota, bahkan posisinya ada yang bersebelahan. Jelas ini adalah bentuk dari ketatnya persaingan bisnis lendir yang semakin menjanjikan.
Bicara ketat persaingan ini, kini tarif kisaran murah Rp 200 ribu untuk jeda sekali transaksi. Untuk harga Rp 200 ribu bisa ditemui jasa sekitar Jodoh BCA, Nagoya dan sekitar pertokoaan DC Mall Batam.
Untuk tarif PSK yang berkelas kini mencapai Rp 500 ribu sampai Rp 1,5 juta, dengan kondisi PSK yang usia lebih muda. Untuk mendapatkan jasa mereka, cukup menikmati fasilitas Pub atau karaoke yang tersebar di Kota Batam. Mereka tanpa segan masuk ke ruang karaoke anda, dan menanyakan apakah boleh gabung atau tidak.
Dalam kondisi tertentu, kadang tawaran untuk menari telanjang, atau striptis juga mudah disanggupi mereka. Tarif, goyang telanjang senilai Rp 1 juta pun bisa dinikmati hingga lebih satu jam.
Saat ini Batam memang telah menjadi Kota yang sangat subur akan praktik prostitusi, diantaranya diduga dilakukan pada beberapa panti pijat. Kamuflase panti pijat tersebut, menyuguhkan beberapa pemijat “plus”. Walaupun tidak menyeluruh, namun praktik ini ada, dan telah menjadi rahasia umum.
Sebagian besar modus yang dipakai oleh wanita penghibur dalam praktik prostitusi di kota Free Trade Zone (FTZ) ini, adalah dengan gaya Kamuflase. Menampilkan jasa yang seharusnya wajar, namun dalam praktiknya melenceng. Hal inilah yang seharusnya menjadi koreksi dan evaluiasi para Penegak Hukum di Kota Batam.
Pemerintah harus lebih jeli melihat serta merasakan kondisi itu, dan sudah saatnya bekerja. Kerahkanlah segala kemampuan untuk mentertibkan kota ini.
Segeralah menutup tempat-tempat hiburan yang disinyalir menjadi lokasi dari praktik prostitusi. Tinjau ulang semua tempat yang sudah berdiri, karena bisa jadi disana banyak yang tidak sesuai peruntukkannya.
Masyarakat Kota Batam tidak boleh diam dan terlalu primisif terhadap keadaan yang tidak sesuai dengan norma-norma, mari bersatu benahi Kota ini.
Apalagi dalam beberapa bulan kedepan sudah akan memasuki Bulan Suci Ramadhan, sudah sepantasnya kondisi ini diperbaiki. Pemerintah harus segera bertindak, dengan saling bahu-membahu untuk memberangus segala macam bentuk praktik prostitusi.(*)
Mhd Ichsan
Jurnalis Warta Kepri