WARTAKEPRI.co.id, BATAM – Sampai saat ini, penyesuian tarif listrik di Kota Batam yang telah diajukan semenjak awal tahun 2016 lalu masih belum disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepri.
Sekretaris bright PLN Batam, Samsul Bahri mengatakan bahwa Komisi II dan III DPRD Provinsi Kepri masih melakukan kajian hingga menjelang tutup tahun 2016 ini tentang usulan kenaikan tarif yang diinginkan oleh perusahaan tersebut.
“Usulan itu belum disetujui oleh DPRD Kepri, dan kami masih menunggu keputusannya,” ujar Samsul belum lama ini di GGI Hotel Jodoh.
Samsul menambahkan, bright PLN Batam mengajukan penyesuaian tarif dikarenakan perubahan makro ekonomi. Yakni seperti melemahnya nilai tukar rupiah, inflasi, serta naiknya bahan baku primer seperti solar, batu bara, dan gas. Sehingga mengakibatkan modal atau pengeluaran terhadap penyediaan listrik semakin meningkat tajam.
“Kondisi itu sangat mempengaruhi biaya pokok produksi listrik kita,” terangnya.
Menurutnya, biaya pokok produksi tersebut mulai dihitung dari pembelian bahan baku primer sampai dengan pendistribusiannya kepada para pelanggan. Sebelumnya pada saat menyusui tarif listrik batam di tahun 2014 lalu, biaya pokok produksi PLN Batam telah mencapai Rp 1.218 per kWh.
“Pada saat itu nilai tukar rupiah masih diangka Rp 9.000,” kata pria yang dulu pernah menjabat sebagai pegawai UPT Listrik BP Batam ini.
Masih kata Samsul, terjadinya perubahan makro ekonomi, biaya pokok produksi PLN Batam meningkat menjadi Rp 1.329 per kWh pada Juli 2016 lalu. Sementara, untuk harga jual rumah tangga diangka Rp 1.300 hingga Rp 2.200 volt amphere yang masih dijual rendah sekitar Rp 940 per kWh.
“Kami menutupi kerugian dari harga jual listrik rumah tangga dari golongan industri, dan masih bisa bertahan karena melakukan subsidi silang,” paparnya.
Karena persentase pelanggan rumah tangga terus merangkak naik dari 32 persen menjadi 37 persen, maka sulit untuk bisa terus bertahan. Sementara, sektor industri terus saja menurun dari 32 persen menjadi 25 persen, tuturnya.
“Kami tidak kuat lagi menahan karena beban yang digendong semakin kecil,” ungkapnya.
Kondisi itu tentunya sangat mengganggu terhadap kehandalan listrik di Kota Batam dan PLN Batam pun kian kesulitan mengembangkan jaringan listrik di wilayah yang belum tersalurkan arus. Seperti di Sijantung sekitaran jembatan 5 Barelang, terangnya lagi.
“Saudara-saudara kita masih banyak yang belum menikmati listrik. Penyalurannya baru sampai di Sembulang yang hanya sekitar 13 KK saja,” kata dia.
Maka, sambung dia, berdasarkan semua itulah PLN Batam mengajukan penyesuaian tarif. Dimana tujuannya adalah agar bisa melakukan investasi, dan masyarakat yang belum teraliri listrik agar bisa segera menikmati kehandalan listrik bright PLN Batam.
“Kita tidak akan memberikan listrik yang tidak handal untuk masyarakat,” pungkasnya. (ril/san)