Batam Ju-jitsu Club (BJC) Boyong 8 Medali‎ di Ajang Koluchstyl Jakarta

HARRIS BATAM

20151220_161654 BATAM, WARTAKEPRI.CO.ID Dua petarung saling berhadapan dengan posisi melutut. Saat wasit menyebut kata ‘mulai’, masing-masing petarung mengenakan pita merah dan putih di sabuknya itu langsung saling serang. Keduanya adu strategi dan teknik selama dua menit dalam setiap ronde yang dipertandingkan. 
 
Jika dalam dua ronde petarung masih seri, dilanjutkan dengan ronde ketiga.  Mereka saling Mendorong, membanting dengan posisi lutut harus di atas matras serta mengunci lawan.
 
  Teriakan, tepuk tangan dan yel-yel suporter, membuat petarung kian termotivasi. Kendati berebut untuk saling menang, namun pertandingan koluchstyl ini berjalan dengan lancar dan sportif.
 
  Presiden Koluchstyl Indonesia, Ali Akbar Hehaitu menyebut, Indonesia Open Koluchstyl Championship merupakan ajang pertandingan yang boleh diikuti oleh berbagai disiplin ilmu beladiri yang tergabung dalam sebuah club beladiri. 
 
“Ini kali pertamanya digelar di Indonesia,” katanya saat pembukaan kejuaran yang digelar di GOR Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (20/12) itu.
 
  Pendiri beladiri Ju-jitsu Groundstyl Indonesia (JJGI) ini menjelaskan, aturan yang diterapkan dalam pertandingan koluchstyl itu adalah dengan cara mendorong lawan keluar areal pertandingan berdiamater 2,8 meter. 
 
Selain itu, petarung juga boleh membanting dengan posisi minimal satu lutut masih menyentuh matras. Petarung juga dibolehkan mengunci hingga lawan menyerah. 
 
“Tak ada pukulan dan tendangan,” imbuhnya.
 
 Diakuinya, di Indonesia cabang olahraga koluchstyl memang masih baru. Tapi ia optimis, cabang olahraga beladiri ini akan cepat berkembang. Ia menegaskan, cabang olahraga ini bukan milik satu beladiri. 
 
“Apa pun jenis beladirinya, boleh ikut bertanding dengan mengikuti aturan yang sudah diterapkan oleh pengurus koluchstyl,” ia menjelaskan. Masih kata dia, koluchstyl didirikan di Polandia oleh Grand Master Wieslow Koluch, DAN IX Ju-jitsu asal Polandia. Kendati demikian, cabang beladiri ini, sebut Ali, bukan milik praktisi beladiri jujitsu semata. Aturan yang diterapkan dalam koluchstyl juga diadop dari berbagai jenis beladiri, diantaranya: sumo, jujitsu, judo dan gulat.
 
  Nah, dalam ajang perdana itu, Kepri, khususnya Batam Ju-jitsu Club (BJC) memboyong delapan medali. Rinciannya, tiga emas disabet masing-masing oleh Anggie, Nasywa dan Yozi. Untuk perunggu dikalungi oleh Hafidah, Monic dan Dika. Dua petarung lainnya, Kenzo dan Oji, membawa pulang medali perunggu.
 
  “Kami puas, tapi bukan berarti kami harus berbangga diri,” kata M Nuh, pendiri BJC. Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Harian JJGI dan Pengurus Besar Koluchstyl Indonesia (PB-KI) Kepri ini tetap harus memotivasi siswanya untuk terus berprestasi.
 
  Khusus untuk cabang koluchstyl, Nuh yakin, di Kepri juga akan berkembang. Sebab, kata dia, cabang olahraga ini bertujuan sebagai olahraga prestasi dan rekreasi. 
 
“Di Batam, rencana kami akan menggelar ajang serupa di mall,” kata pemegang DAN VI JJGI ini.(r/swd)
Google News WartaKepri