
WARTAKEPRI.co.id, KARIMUN – Proses Pembelajaran jarak jauh (PJJ) selama pandemi COVID-19, yang sudah berlangsung dalam kurun waktu 2 tahun melanda Indonesia, tidak terkecuali di wilayah Kabupaten Karimun, membuat para siswa dan siswi merasakan kejenuhan.
Hasil pembelajaran siswa dan siswi pun dikhawatirkan tidak berjalan lancar. Guru diharapkan mampu menghidupkan suasana kelas menjadi menyenangkan, antara lain dengan variasi metode belajar.
Hal inilah yang membuat salah satu guru Sekolah Dasar Negeri 008 Tebing, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, Yayuk Setyari, S.Pd.SD, ingin segera menerapkan pembelajaran tatap muka.
Dimana menurutnya para siswa dan siswi tidak dapat belajar secara maksimal. Oleh karena itu, peran guru tidak dapat tergantikan walaupun dengan adanya kemajuan teknologi.
“Pada kondisi sekarang ini, proses belajar mengajar di sekolah dilakukan baik secara dalam jaringan (daring), maupun luar jaringan (luring),” ungkap Yayuk, Kamis (30/9/2021).
Sistem pembelajaran melalui daring ini pun kata Yayuk dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google Meet, Edmudo dan Zoom.
“Karena guru adalah seorang pengajar dan pendidik. Pembelajaran saat ini sangat merugikan siswa karena ilmu yang didapat melalui belajar secara daring tidak sama jika dibandingkan dengan materi (ilmu) saat belajar secara tatap muka,” paparnya.
Dirinya menambahkan, kerugian pada proses belajar mengajar secara daring maupun luring bagi para siswa dan siswi diantaranya, pengetahuan yang di peroleh tidak maksimal, keceriaan ketika tatap muka tidak dapat dirasakan, dan pengalaman belajar bersama teman tidak didapatkannya.
“Para siswa dan siswi saat ini merindukan untuk bersekolah tatap muka, dapat berjumpa dengan guru dan teman-temannya,” ungkap Yayuk.
Sehingga tidak dipungkiri, menurut wanita pecinta tanaman hias tersebut, banyaknya pengaduan dan keluhan dari orang tua siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan saat ini.
Beberapa kendala dan kesulitan yang di rasakan orang tua saat mengajari dan
membimbing anaknya di rumah.
“Beberapa kendala tersebut diantaranya seperti keterbatasan pengetahuan dari orang tua, kesulitan mengatur serta meminta anaknya untuk belajar secara disiplin tepat waktu,” paparnya.
Tidak hanya itu saja, ibu dua orang anak ini juga menambahkan, saat ini para siswa dan siswi hanya ingin bermain saja, terutama bermain gadget, sehingga tidak fokus untuk melaksanakan belajar.
Bahayanya dari kecanduan gadget menjadi dilema dan beban tersendiri bagi orang tua, dimana anak menjadi malas untuk melakukan aktivitas harian seperti makan, mandi, beribadah, hingga belajar dan membantu orang tua di rumah.
“Bahkan mereka terkadang melawan, cenderung tidak mendengarkan dan mematuhi nasehat orang tua,” tandasnya.
Fenomena kecanduan bermain gadget tersebut, ungkap Yayuk dapat dilihat dan dirasakan pada lingkungan masyarakat sekitar. Pembelajaran yang dilakukan secara daring (online) mau tidak mau penggunaan teknologi berupa handphone tidak dapat terelakkan lagi.
“Setiap hari teknologi tersebut digunakan dalam proses pembelajaran,” pungkasnya.
Menurut Yayuk, ada beberapa faktor hal yang dianggap positif dan negatif dari belajar daring.
Dari faktor negatif yakni diantaranya saat pembelajaran, siswa menjadi kecanduan bermain handphone, tidak digunakan untuk mencari bahan pembelajaran.
“Akan tetapi lebih dominan pada bermain game. Kesulitan mengatur waktu, kesulitan orang tua mengatasi anak di rumah. Sehingga dampak negatif dari handphone mengakibatkan mata dan pikiran menjadi rusak, diperparah dengan tumbuh kembang anak menjadi
lebih cepat dewasa,” tuturnya.
Tidak hanya itu saja, proses pembelajaran secara daring kata Yayuk, membuat para guru mengalami kesulitan dan kendala dalam hal melakukan penilaian.
“Karena siswa sering telat untuk mengumpulkan tugas atau bahkan tidak mengerjakan mengerjakan tugas sama sekali,” sebut Yayuk.
Yayuk menambahkan, dari faktor positif dengan adanya pembelajaran secara daring, yakni diantaranya mampu mendukung program pemerintah dalam percepatan sekaligus memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
“Selalu mensyukuri nikmat Tuhan, terutama nikmat sehat. Mempererat hubungan keluarga, selalu senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan diri dan lingkungan sekitar, serta lebih memahami kemajuan teknologi,” paparnya.
Program Vaksinasi Bagi Pelajar Tercapai.
Untuk progam vaksinasi massal bagi para pelajar, usia 12 hingga 17 tahun sedang dilakukan secara bertahap. Dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
“Sekaligus menjadikan bangsa yang sehat dalam keadaan pulih kembali,” kata Yayuk.
Dimana kata Yayuk, peran serta guru, orang tua, dan masyarakat sangatlah diperlukan untuk menggalakkan sekaligus memastikan orang di sekeliling sudah divaksinasi.
“Anak usia 12 tahun di sekolah sudah di laksanakan. 14 orang siswa terdiri dari 11 laki-laki dan 3 perempuan sudah divaksin pada tahap pertama dan tahap kedua,” papar Yayuk.
Besar harapan kata Yayuk, pembelajaran tatap muka agar dapat terealisasi, setelah keadaan daerah menjadi aman, terlebih dengan adanya penurunan angka pasien COVID-19.
Tidak dipungkiri hal tersebut berkat adanya dukungan dan kerjasama seluruh lapisan masyarakat untuk mencegah terpaparnya COVID-19.
“Karena secara sadar masyarakat melakukan vaksinasi, untuk kepentingan dirinya sendiri maupun keluarganya. Berharap keadaan pulih seperti sedia kala, tanpa pandemi COVID-19 dan penyakit lainnya. Salam sehat, sukses selalu pendidikan Indonesia,” tandasnya.
(Aman, Yayuk Setyari)