Dampak Media Asing Berlomba-Lomba Beritakan Aksi Protes Warga Terhadap Rempang Eco City

Media Asing Berlomba Lomba Beritakan Kisruh Rempang
Media Asing Berlomba Lomba Beritakan Kisruh Rempang

HARRIS BATAM

WARTAKEPRI.co.id – Jika presiden Jokowi menilai kejadian di Rempang dan di BP Batam akibat kurang baik atau miskomunikasi, sepertinya tidak bagi media media asing yang berlomba lomba memberitakan kondisi Batam paska bentrokan yang terjadi antara aparat dan warga Pulau Rempang di Jembatan IV Barelang, Batam, Kamis (7/9/2023).

Selain fokus ke korban pelajar di Jembatan Barelang, foto foto aksi ricuh dan pengrusakan kantor BP Batam juga menjadi sorotan serta mempublikasinya.

Media jaringan Amerika VOA Memberitakan pendapat Walhi Indonesia dan Juru Bicara Keramat Rempang Galang.

“Biar mati berdiri daripada kami hidup berlutut. Karena kami mau menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” demikian petikan pernyataan juru bicara Kekerabatan Masyarakat Adat Tempatan (Keramat) Rempang Galang, Suardi, menanggapi soal pengembangan kawasan ekonomi baru Rempang Eco City.

Seminggu terakhir ini situasi di Pulau Rempang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, memanas lantaran kericuhan antara aparat keamanan dengan masyarakat yang tak dapat dihindari. Masyarakat ada setempat menolak keras ambisi pemerintah untuk membangun kawasan Rempang Eco City. Penolakan ini bukan tanpa sebab. Pembangunan kawasan ekonomi baru Rempang Eco City itu bakal menggusur 16 Kampung Melayu Tua yang telah eksis sejak 1834.

“Pulau Rempang dari 16 titik kampung tua jauh sebelum Indonesia merdeka kami sudah bagian dari kerajaan yang bernama Kesultanan Riau Lingga. Kampung-kampung itu didirikan oleh nenek moyang kami dari tahun 1843 menjadi suatu warisan yang tidak boleh dihilangkan. Itu merupakan amanat dari nenek moyang kami,” ungkap Suardi, Selasa (12/9).

Pada paragraf lainnya, Walhi: Proyek Rempang Eco City Memang Sangat Bermasalah

Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Zenzi Suhadi, mengatakan proyek Rempang Eco City merupakan PSN yang sangat bermasalah. Pasalnya, payung hukumnya baru disahkan pada 28 Agustus 2023.

“Ketika ada label PSN maka hilang semua akal sehat penegak hukum dan pemerintah. Rakyat harus minggir dan proyek wajib jalan. Entah itu merugikan atau menguntungkan negara, proyek itu harus jalan. Presiden Joko Widodo harus mengevaluasi seluruh PSN ini berguna atau tidak untuk rakyat,” katanya, Selasa (12/9).

Manajer Pengakuan Wilayah Kelola Rakyat Eksekutif Nasional WALHI, Ferry Widodo, mengatakan Pulau Rempang yang menjadi target investasi akan mengalami dampak kerusakan lingkungan yang cukup besar. Apalagi salah satu produsen perusahaan kaca asal Cina menyatakan minatnya untuk menjadi investor di Pulau Rempang.

“Pembangunan pabrik kaca di salah satu kampung di Rempang. Itu mereka mengakui emisi yang dihasilkan dari pembuatan kaca. Ini berada di wilayah pesisir akan merusak terumbu karang dan ada potensi reklamasi,” ucapnya kepada VOA.

Link Berita Selengkapnya : https://www.voaindonesia.com/a/proyek-rempang-eco-city-dinilai-tak-berpihak-ke-masyarakat-adat-jokowi-ini-soal-komunikasi/7265085.html

Media BBC Soroti Peran Tomy Winata

Media jaringan BBC juga menyoroti konflik lahan di Pulau Rempang yang terbit 14 September 2023.

BBC memberitakan di balik panasnya konflik lahan di Pulau Rempang, Kepulauan Riau, terdapat nama Tomy Winata. PT Makmur Elok Graha, pemegang hak eksklusif untuk mengelola serta mengembangkan Rempang Eco City, adalah anak perusahaan Grup Artha Graha, yang dimilikinya.

Perseroan tersebut mendapatkan sertifikat hak guna bangunan seluas 16.583 hektare selama 80 tahun dari Otoritas Batam dan Pemerintah Kota Batam.

Sejatinya, rencana pengembangan Pulau Rempang sudah ditandatangani melalui perjanjian yang berlaku sejak Agustus 2004. Kala itu rencana proyek tersebut bernama Kawasan Wisata Terpadu Eksklusif (KWTE). Namun, rencana itu sempat mandek karena dugaan korupsi.

Siapa Tomy Winata?

Tomy Winata adalah pengusaha berpengaruh sejak era Orde Baru. Dia memiliki sejumlah bisnis dari berbagai sektor di bawah payung Grup Artha Graha atau Artha Graha Network.

Bisnis grup tersebut mencakup properti, keuangan, agro industri, perhotelan, pertambangan, media, hiburan, ritel, serta IT dan telekomunikasi.

Pengusaha keturunan Tionghoa ini memulai bisnisnya pada 1972 dalam proyek pembangunan kantor Koramil di Singkawang, Kalimantan Barat.

Dari situ dia mulai dekat dengan sejumlah kalangan militer dan dipercaya memegang proyek-proyek lain seperti barak hingga sekolah tentara.

Tomy Winata juga berada di balik pembangunan kawasan perkantoran SCBD, Jakarta.

Pada 2016 namanya tercatat dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai Rp1,6 triliun.

Link Berita : https://www.bbc.com/indonesia/articles/c6pgejplzj4o

Media Al Jazeera memberita kasus Rempang lebih rinci dan mendalam

Media asing Al Jazeera melalui jaringan jurnalisnya memuat fakta berita yang berjudul “Protes di Indonesia saat ribuan orang menghadapi penggusuran demi ‘Eco-City’ Rempang”. Berita By Aisyah Llewellyn Published On 15 Sep 2023, juga viral WA Group.

Dikutip dari www.aljazeera.com yang menulis Demonstrasi telah mengguncang provinsi Kepulauan Riau di Indonesia ketika penduduk Pulau Rempang memprotes rencana pemerintah untuk mengusir ribuan orang guna membuka jalan bagi pabrik kaca milik Tiongkok yang bernilai miliaran dolar dan ‘Eco-City’.

Perselisihan mengenai penggusuran telah memanas selama berbulan-bulan, setelah pemerintah mengumumkan bahwa 7.500 penduduk Rempang harus pindah ke daerah pedalaman, sekitar 60 km (37 mil) dari rumah mereka di pesisir.

Banyak di antara mereka yang mencari nafkah dari laut dengan menjual ikan, kepiting, udang, dan makanan laut hasil tangkapan lokal lainnya. Namun karena warga kini diberi tahu bahwa mereka punya waktu hingga akhir bulan ini untuk pergi, protes pun meningkat.

Dalam beberapa hari terakhir, para demonstran berhadapan dengan polisi dan militer di sejumlah lokasi di Riau, termasuk Rempang dan Batam, kota terbesar di rangkaian pulau yang terletak tepat di selatan Singapura.

Polisi, yang mengerahkan meriam air dan gas air mata, dituduh menggunakan kekuatan berlebihan. Puluhan orang telah ditangkap. Pekan lalu, muncul rekaman di media sosial yang menunjukkan polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa di salah satu protes di Rempang. Demonstrasi tersebut terjadi di dekat dua sekolah setempat, dan video menunjukkan orang-orang, termasuk anak-anak berseragam, berlari mencari perlindungan.

Al Jazeera Juga Mengutip Komentar Dosen Politik dari Australia

Ian Wilson, dosen studi politik dan keamanan di Universitas Murdoch di Perth yang mempelajari penggusuran paksa di Indonesia, mengatakan bahwa situasi di Rempang adalah bagian dari “praktik umum yang memandang penduduk lokal sebagai penghambat pembangunan”.

“Ini adalah cara yang secara struktural penuh kekerasan dalam mengelola masyarakat,” tambahnya.

Seorang warga rempang memandang ke atas air. Ada sebuah rumah kayu di belakangnya, dibangun di atas panggung di atas air

Meskipun rencana untuk mengembangkan Rempang telah berjalan selama hampir 20 tahun, penduduk setempat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka baru diberitahu pada awal bulan September bahwa mereka harus pindah dari desa mereka sebelum akhir bulan.

Pengumuman mendadak ini mengejutkan banyak warga dan memicu gelombang protes baru, termasuk unjuk rasa minggu lalu di Rempang.

Setelah video tersebut menjadi viral, pihak berwenang setempat mengatakan mereka tidak menembak langsung ke sekolah menengah atau sekolah dasar di sekitarnya, namun gas air mata tersebut terbawa oleh angin.

Namun, Wilson dari Universitas Murdoch mengatakan bahwa merelokasi masyarakat dari lahan penting yang strategis ke tempat yang jauh dari mata pencaharian mereka merupakan salah memahami sifat masyarakat adat.

“Hal yang dilakukan pemerintah hanyalah memperkuat ketidakberuntungan dan kemiskinan, serta putusnya hubungan sosial yang kompleks, yang pada dasarnya mengganggu dan tidak dapat dipahami oleh pemerintah,” katanya.

“Dalam proses pembangunannya, mereka menghancurkan kehidupan masyarakat.”

Link selengkapnya : https://www.aljazeera.com/news/2023/9/15/protests-in-indonesia-as-thousands-face-eviction-for-rempang-eco

Pendapat Redaksi WartaKepri

Sepertinya Presiden Jokowi agak salah menyampaikan kondisi di Batam saat ini sebagai bentuk hanya kesalahan komunikasi biasa. Tapi ini masalah yang sangat mendalam dan melebar kemana mana. Pemberitaan media selain fokus pada aksi penolakan, melain sudah menyasar proyek nasional di Rempang Eco City tidak baik untuk masyarakat.

Sebagai Media lokal di Kepri, pemberitaan berulang ulang oleh media nasional dan kini mulai diikuti media media jaringan Asing di Indonesia membuat rekan rekan media di luar Kepri bertanya-tanya. Apakah memang Batam rusuh? Apakah Batam tidak aman? Bagaimana status di Rempang. Bahkan ada yang bertanya Batam sudah dikuasi negara China. Namun ada juga yang berdapat, mungkin di krisruh Rempang ini nama seorang Tommy Winata akan menuju meredup.

” Ini sepertinya pertaruhan dan apakah Tommy Winata masih ada “power” nya” ujar seorang Jurnalis di Batam.

Bahkan, sekelas Gubernur Kepri sendiri mendapat pesan singkat dari luar negeri bagaimana dengan kondisi di Batam. Seperti WartaKepri beritakan Link https://wartakepri.co.id/2023/09/13/gubernur-ansar-minta-penegak-hukum-dan-bin-telusuri-penyebar-isu-batam-tidak-aman/

Jika tidak ada langkah baik dan cepat dari pemerintah pusat, hingga daerah membuat kegiatan positif yang melihatkan bahwa Batam secara umum masih aman, maka berita berita media asing masih dipercaya masyarakat Internasional kalau Batam rusuh dampak dari proyek Rempang Eco City dan Investasi China.

Rangkuman Redaksi
Dedy Suwadha
Pemred WartaKepri.co.id

Google News WartaKepri