WARTAKEPRI.CO.ID – Marthinus Hukom, seorang jenderal bintang tiga yang lahir di Maluku pada 30 Januari 1969, kini telah resmi dilantik sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) oleh Presiden Joko Widodo pada Jumat, 8 Desember 2023 lalu.
Pengangkatannya ini menandai babak baru dalam perjalanan kariernya yang panjang dan penuh prestasi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Hukom menggantikan Komjen Petrus R. Golose yang telah memasuki masa purna tugas pada 1 Desember 2023.
Sebagai lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1991, Marthinus Hukom telah membuktikan dedikasinya dalam menjaga keamanan dan ketertiban negara. Namun, di balik seragam kebesarannya, tersimpan cerita-cerita humanis yang menginspirasi tentang perjuangan, keteguhan, dan komitmennya dalam melawan kejahatan terorisme dan narkoba.

Dari Maluku ke Medan Perang Terorisme
Marthinus Hukom memulai kariernya di dunia kepolisian dengan fokus pada bidang reserse. Namun, namanya mulai dikenal luas ketika ia terlibat dalam operasi penangkapan teroris yang mengguncang Indonesia di awal tahun 2000-an. Salah satu momen bersejarah dalam kariernya adalah ketika ia bersama timnya berhasil menangkap Ali Imron, salah satu pelaku pengeboman Bali 2002, pada 13 Januari 2003 di Pulau Berukang, Samarinda, Kalimantan Timur.
Ali Imron, yang dikenal sebagai satu-satunya pelaku bom Bali yang mengaku bersalah dan menyesali perbuatannya, berhasil ditangkap setelah operasi intensif yang dipimpin oleh Marthinus. Operasi ini tidak hanya menunjukkan kemampuan teknis dan strategis Hukom, tetapi juga keberanian dan keteguhannya dalam menghadapi ancaman terorisme.
Selain Ali Imron, Marthinus juga berperan penting dalam penangkapan Imam Samudra alias Abdul Aziz, dalang di balik aksi Bom Malam Natal 2000 dan Bom Bali 2002. Imam Samudra berhasil ditangkap pada November 2002 di Pelabuhan Merak, Banten.
Penangkapan ini menjadi bukti nyata dari dedikasi Marthinus dalam memerangi terorisme, yang telah merenggut banyak nyawa dan menciptakan trauma mendalam bagi masyarakat Indonesia.
Sebelum menjabat sebagai Kepala BNN, Marthinus Hukom dikenal sebagai sosok yang tangguh dalam memimpin Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88 AT) Polri. Ia menjabat sebagai Kepala Densus 88 dari tahun 2020 hingga 2023, periode di mana ancaman terorisme di Indonesia masih cukup tinggi.
Di bawah kepemimpinannya, Densus 88 berhasil melakukan sejumlah operasi penting yang berhasil mencegah aksi terorisme di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu operasi yang patut dicatat adalah penangkapan empat terduga teroris di Riau pada tahun 2023.
Operasi ini tidak hanya menyelamatkan banyak nyawa, tetapi juga menunjukkan kemampuan tim Densus 88 dalam mengidentifikasi dan menetralisir ancaman terorisme sebelum terjadi.
Marthinus dikenal sebagai pemimpin yang tegas namun humanis. Ia selalu menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam memerangi terorisme, tidak hanya melalui tindakan keras, tetapi juga dengan memahami akar masalah dan melakukan deradikalisasi. Ia percaya bahwa terorisme tidak hanya dapat diatasi dengan kekuatan senjata, tetapi juga dengan pendekatan sosial dan psikologis untuk mencegah radikalisasi.
Pengangkatan Marthinus Hukom sebagai Kepala BNN menandai babak baru dalam perang melawan narkoba di Indonesia. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pemberantasan narkotika, BNN membutuhkan pemimpin yang tidak hanya memiliki integritas tinggi, tetapi juga pengalaman lapangan yang mumpuni. Marthinus dianggap sebagai sosok yang tepat untuk memimpin lembaga ini, mengingat rekam jejaknya yang gemilang dalam memerangi terorisme.
Dalam pidato pelantikannya, Marthinus menyatakan komitmennya untuk memberantas narkoba hingga ke akar-akarnya. Ia menekankan bahwa narkoba tidak hanya merusak individu, tetapi juga menghancurkan masa depan bangsa. “Narkoba adalah musuh kita bersama. Kita tidak bisa menoleransi kejahatan ini, karena ia merusak generasi muda, merusak keluarga, dan merusak masa depan bangsa,” ujarnya.
Marthinus juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara BNN dengan berbagai pihak, termasuk kepolisian, militer, lembaga pemerintah, dan masyarakat sipil. Ia percaya bahwa perang melawan narkoba tidak bisa dimenangkan sendirian, tetapi membutuhkan sinergi dan kerja sama semua elemen masyarakat.

Salah satu hal yang menonjol dari kepemimpinan Marthinus Hukom adalah pendekatan humanis yang ia bawa dalam setiap tugasnya. Ia tidak hanya fokus pada penindakan, tetapi juga pada upaya pencegahan dan rehabilitasi. Sebagai mantan analis intelijen dan ahli di bidang penegakan hukum, Marthinus memahami bahwa perang melawan narkoba tidak hanya tentang menangkap pelaku, tetapi juga tentang menyelamatkan korban.
Ia menekankan pentingnya program rehabilitasi bagi pengguna narkoba, terutama generasi muda yang terjerumus dalam jerat narkoba karena ketidaktahuan atau tekanan sosial. “Kita tidak bisa hanya menghukum mereka. Kita harus memberikan kesempatan kedua, memberikan pemahaman, dan membantu mereka pulih,” ujarnya.
Marthinus juga berencana untuk memperkuat program pencegahan narkoba di tingkat komunitas, terutama di daerah-daerah rawan narkoba. Ia percaya bahwa pendidikan dan kesadaran masyarakat adalah kunci untuk mencegah penyalahgunaan narkoba sejak dini.
Tantangan ke Depan
Meskipun memiliki rekam jejak yang gemilang, Marthinus Hukom menyadari bahwa tugasnya sebagai Kepala BNN tidak akan mudah. Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam memerangi narkoba, mulai dari perdagangan narkoba internasional hingga penyalahgunaan narkoba di tingkat lokal.
Salah satu tantangan terbesar adalah maraknya sindikat narkoba yang semakin canggih dalam mengelabui aparat hukum. Selain itu, peredaran narkoba jenis baru yang terus berkembang juga menjadi ancaman serius.
Marthinus berjanji untuk terus memperkuat kapasitas BNN dalam menghadapi tantangan ini, termasuk dengan memanfaatkan teknologi dan intelijen modern.
Masyarakat Indonesia memiliki harapan besar terhadap kepemimpinan Marthinus Hukom di BNN. Dengan pengalamannya yang luas dan pendekatan humanis yang ia bawa, banyak yang yakin bahwa ia akan membawa perubahan signifikan dalam perang melawan narkoba.
Marthinus sendiri menyatakan bahwa ia akan bekerja keras untuk menjalankan amanah ini. “Saya tidak akan mengecewakan kepercayaan yang diberikan kepada saya. Saya akan bekerja sepenuh hati untuk melindungi bangsa ini dari ancaman narkoba,” ujarnya.
Dalam perjalanan kariernya, Marthinus Hukom telah membuktikan bahwa ia adalah sosok yang pantang menyerah dan selalu siap menghadapi tantangan. Kini, dengan jabatan barunya sebagai Kepala BNN, ia siap memimpin perang melawan narkoba dengan semangat yang sama: tegas, humanis, dan penuh dedikasi.
Semoga di bawah kepemimpinannya, Indonesia dapat semakin mendekati cita-cita untuk menjadi negara yang bebas dari narkoba, dan generasi muda dapat tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan aman.(Rky/jrg)