Multiplier Effect Industri Migas di Kepri, dari CSR Berpotensi ke Investasi Industri Olahan

CSR SKK Migas di Anambas
Gedung Koperas Star Energy, gedung dibangun kerjasama Kontraktor Star Energy dengan Pemkab Anambas difungsikan sebagai Warung Kopi dan usaha Apotek. Foto Rama

WARTAKEPRI.co.id – Peran Corporate Social Responsibility (CSR) dari industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di tiga Kota dan Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau sudah memberi banyak hal positif diberbagai bidang.

Program CSR positif dan sifatnya rutin tahuan di Kabupaten Kepulauan Anambas sudah dirasakan masyarakat di Pulau Palmatak, Pulau Tarempa dan Pulau Jemaja Anambas.

Ramadan Tokoh pemuda di Anambas menyatakan sejak tahun 2019, SKK Migas bersama perusahaan kontraktor Industri Hulu Minyak dan Gas terus menyalurkan bantuan bantuan CSR nya di tiga pulau di Anambas.

WhasApp

Bantuan CSR untuk pendidikan ke sejumlah gedung di sekolah SD, SMP hingga SMA. Ada juga kegiatan sosial penyerahan bantuan sembako dan donasi setiap musim hari keagamaan. Terbaru kegiatan pemeriksaan Kesehatan gratis pada Mei 2025.

” Sedangkan untuk keberlangsungan bidang ekonomi, perusahaan kontraktor Star Energy (Kakap) Ltd., sudah membangun gedung untuk difungsikan sebagai Koperasi dan Coffee Shop modern di Terempa. Dan, kami selalu datang ke tempat tersebut,” papar Ramadan, Selasa (16/9/2025).

Unit Usaha Desa Ekonomi Terpadu dan Koperasi Bintang Anambas berkantor bersama di Gedung Star Energy di Jalan Tamban Kelurahan Tarempa Kecamatan Siantan Kabupaten Anambas. Foto Rama

Dalam catatanya, SKK Migas dan KKKS telah membangun dan menyerahkannya ke Pemkab Anambas diantaranya da Gedung Koperasi Star Energy, Gedung Pemuda Medco Energi, Gedung Masyarakat Desa Tarempa Barat.

Ada Objek Wisata Batu Lepe, Gedung Balai Pertemuan Masyarakat Siantan, Masjid Padang Melang, UMKM Balai Latihan Kerja, Beasiswa Untuk Anak Anambas.

Kegiatan CSR yang lain dari Industri hulu minyak seperti kontraktor Medco E&P Natuna Ltd, Harbour Energy Indonesia dan KUFPEC Indonesia (Anambas) juga terus mendukung program program kepemudaan dan pariwisata di Anambas.

Dibidang pariwisata yang dirasakan manfaatnya sejak diresmikan tahun 2019 hingga 2025 adalah tempat wisata dan ruang publik terbuka Batu Lepe di Kelurahan Tarempa Timur Kecamatan Siantan.

Kehadiran ruang terbuka Batu Lepe kini menjadi kunjungan wajib bagi wisatawan atau orang yang pertama kali berkunjung ke Tarempa Anambas. Effect ekonominya tentu dirasa positif ke warga yang membuka usaha kuliner dan oleh-oleh.

Begitu juga di Ranai Natuna, program CSR dari SKK Migas dan KKKS terlihat diberbagai bidang, diantaranya pembangunan tempat wisata dan ruang terbuka public.

Diantaranya di Kawasan Pantai Piwang Kecamatan Bunguran Timur Natuna telah berdiri Tugu Laut Sakti Rantau Bertuah dibangun pada tahun 2018 dan diresmikan pada 2019 oleh Pemerintah Kabupaten Natuna. Tugu ini telah ikon baru kota Ranai sekaligus landmark wisata bahari hingga tahun 2025.

Bahkan, effect ekonomi lebih besar dan berdampak luas jika program CSR dari masing masing KKKS berinvestasi dibidang industri olahan di Anambas. Semisal mendirikan pabrik pengolahan atau pengalengan ikan di Anambas dan Natuna. Dampak luasnya, warga lokal jadi pekerja di industrinya.

Bayangkan, kalau Medco E&P Natuna Ltd, Harbour Energy Indonesia dan KUFPEC Indonesia bersama sama mewujudkannya, bisa jadi Anambas dan Natuna akan menjadi pusat ekonomi baru di Kepri.

Kawasan ruang terbuka publik Batu Lepe di Tarempa hasil kerjasama CSR kerjasama SKK Migas dan KKKS dengan Pemka Anambas. Foto Istimewa

Effect Ekonomi Berbasis Energi

Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, C.W. Wicaksono memaparkan Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) di Kepulauan Riau bukan hanya soal angka produksi dan kontribusi pada ketahanan energi nasional. Lebih dari itu, kehadirannya telah menimbulkan multiplier effect yang nyata bagi perekonomian dan masyarakat daerah.

Di pulau-pulau terdepan seperti Natuna dan Anambas, hingga pusat industri di Batam, industri ini menjadi penggerak denyut pembangunan sekaligus pintu masuk bagi masyarakat lokal untuk memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih luas.

Pertumbuhan ekonomi Kepri dalam beberapa tahun terakhir cukup stabil. Tahun 2023 misalnya, ekonomi provinsi ini tumbuh 5,20 persen, dan di triwulan pertama 2025 kembali mencatatkan angka 5,16 persen,lebih tinggi dari rata-rata nasional. Di balik capaian tersebut, salah satu faktor pendorong utamanya adalah geliat baru dari sektor hulu migas.

Setelah sempat mengalami kontraksi produksi dalam beberapa tahun terakhir, kini sektor ini kembali bangkit. Beroperasinya Lapangan Forel dan Terubuk pada Mei 2025 menjadi titik balik yang penting.

Proyek ini menambah kapasitas sekitar 30.000 barrel oil equivalent per day (BOEPD), dan menyerap lebih dari 2.300 tenaga kerja, dengan 1.386 di antaranya bekerja di galangan kapal Batam yang menangani fasilitas produksi lepas pantai.

Fakta ini menegaskan bahwa manfaat migas tidak berhenti di laut, tetapi menjalar ke daratan dalam bentuk lapangan kerja dan geliat industri. Keterlibatan masyarakat lokal juga semakin besar.

Di Anambas, serapan tenaga kerja di perusahaan migas merupakan putra daerah, terutama di posisi operator dan foreman. Pelibatan ini sangat penting, karena bukan hanya menambah penghasilan rumah tangga, tetapi juga meningkatkan daya beli dan memutar roda perekonomian setempat.

Dampak tidak langsungnya dapat dirasakan di warung, penginapan, jasa transportasi, hingga usaha kecil yang melayani kebutuhan proyek migas.

Inilah multiplier effect yang sesungguhnya, ketika satu sektor menggerakkan sektor lain. Lebih jauh, multiplier effect juga tampak dari program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan secara konsisten.

Selain di Anambas, di Kabupaten Natuna juga dibuat berbagai kegiatan sosial, pendidikan, dan lingkungan dilaksanakan melalui sinergi SKK Migas, KKKS, dan pemerintah daerah.

Misalnya, dukungan beasiswa bagi pelajar berprestasi, program pelatihan keterampilan nelayan, pemberdayaan perempuan melalui kerajinan dan UMKM, hingga bantuan sarana pendidikan dan kesehatan.

Ada pula program peningkatan kapasitas tenaga kerja lokal, seperti pelatihan keselamatan kerja migas, pengelasan, dan operator alat berat, agar masyarakat bisa terlibat langsung dalam kegiatan industri.

Pendidikan Migas

C.W. Wicaksono juga menjelaskan usulan Gubernur Kepri Ansar Ahmad agar pendidikan migas dimasukkan ke dalam agenda CSR, sehingga anak-anak lokal memiliki kesempatan lebih besar terjun ke industri strategis ini. Kontribusi hulu migas bagi daerah juga hadir dalam bentuk penerimaan keuangan.

Kabupaten Natuna misalnya, rutin menerima Dana Bagi Hasil (DBH) migas yang jumlahnya signifikan. Pada 2025, alokasinya lebih dari Rp185 miliar, dengan Rp84 miliar di antaranya berasal dari migas.

Dana ini sangat berarti untuk membiayai pembangunan infrastruktur, pendidikan, hingga layanan kesehatan. Selain itu, tonggak baru diraih ketika BUMD Kepri resmi mendapatkan Participating Interest (PI) 10 persen di Blok Northwest Natuna.

Skema ini memastikan daerah tidak hanya menunggu transfer dari pusat, tetapi juga ikut langsung menikmati keuntungan dari eksploitasi sumber daya alamnya.

Batam, sebagai pusat industri Kepri, juga menikmati efek ganda dari industri migas. Kota ini menjadi basis penting bagi industri penunjang migas, mulai dari galangan kapal hingga pabrik komponen.

Salah satu contohnya adalah pabrik pipa seamless pertama di Indonesia yang berdiri di Batam. Pabrik ini kini mampu memproduksi 30.000 ton pipa per tahun, dengan target naik menjadi 70.000 ton pada akhir 2025.

Produk ini dipakai langsung dalam kegiatan pengeboran sumur migas di berbagai blok nasional. Di sisi lain, galangan kapal Batam juga menjadi lokasi konversi kapal tanker menjadi FPSO Marlin Natuna, yang dikerjakan sepenuhnya oleh tenaga kerja Indonesia.

Artinya, multiplier effect industri hulu migas bukan hanya menambah produksi energi, tetapi juga memperkuat daya saing industri nasional sekaligus menyerap ribuan tenaga kerja lokal.

Jika ditarik lebih jauh, multiplier effect hulu migas di Kepulauan Riau hadir dalam berlapis-lapis bentuk. Di tingkat makro, ia menopang pertumbuhan ekonomi daerah di atas rata-rata nasional.

Optimisme

Ada optimisme bahwa Natuna dan Anambas tidak hanya menjadi halaman belakang negara, tetapi juga garda depan pertumbuhan ekonomi berbasis energi.

Industri migas di Kepri telah membuktikan bahwa ia bukan sekadar tentang barel minyak atau kubik gas, melainkan tentang kesejahteraan masyarakat, pembangunan daerah, dan kemandirian bangsa.

Jika dikelola dengan bijak dan berkelanjutan, multiplier effect hulu migas akan terus menjadi cerita positif dari Bumi Segantang Lada untuk Indonesia.(*)

Dedy Suwadha
Redaksi WartaKepri.co.id

Google News WartaKepri DPRD BATAM 2025