
LIGA INGGRIS – Manchester City harus menelan pil pahit setelah takluk 0-2 dari Tottenham Hotspur dalam lanjutan Liga Inggris, Minggu malam. Bermain di hadapan pendukung sendiri, skuad Pep Guardiola kesulitan membongkar pertahanan rapat Spurs dan justru dihukum lewat serangan balik cepat.
Tottenham membuka keunggulan di babak pertama melalui gol cepat Son Heung-min setelah memanfaatkan kelengahan lini belakang City. Gol kedua datang beberapa menit kemudian lewat skema transisi cepat yang dieksekusi dengan baik oleh lini depan Spurs.
Meski menguasai jalannya pertandingan dengan dominasi penguasaan bola, Manchester City kesulitan menciptakan peluang bersih. Erling Haaland terisolasi di lini depan karena minim suplai, sementara upaya dari Phil Foden dan Jack Grealish di sisi sayap tidak mampu menembus rapatnya pertahanan Tottenham.
Pep Guardiola beberapa kali terlihat frustrasi dari bangku cadangan, terus memberi instruksi agar timnya meningkatkan intensitas serangan. Namun hingga peluit akhir berbunyi, City tak kunjung menemukan jalan keluar untuk menembus lini pertahanan lawan.
Dengan hasil ini, Manchester City gagal meraih poin penuh dan harus puas melihat jarak dengan pesaing di papan atas semakin ketat. Sementara itu, kemenangan ini memperkuat posisi Tottenham sebagai salah satu pesaing utama di zona Eropa musim ini.
Analisis Taktik Kekalahan Manchester City 0-2 dari Tottenham
1. Masalah di Lini Belakang
City tampil dengan garis pertahanan tinggi seperti biasa, namun Tottenham memanfaatkan ruang di belakang bek City lewat kecepatan Son Heung-min dan
penyerang sayap lainnya. Bek tengah City terlihat kesulitan mengantisipasi transisi cepat Spurs, sehingga dua gol terjadi akibat serangan balik yang efektif.
2. Minim Kreativitas di Tengah
Kevin De Bruyne yang biasanya jadi motor serangan tidak cukup memberi pengaruh (atau bila tidak bermain, ketidakhadirannya membuat City kekurangan ide).
Rodri terlalu sibuk menutup ruang sehingga distribusi serangan lambat, membuat Tottenham punya cukup waktu untuk menutup jalur umpan. Akibatnya, penguasaan bola City tidak berubah menjadi peluang berbahaya.
3. Erling Haaland Terisolasi
Haaland jarang mendapat suplai bola matang karena pertahanan terorganisir Spurs menutup ruang di kotak penalti. Crossing dan umpan vertikal City tidak efektif, sehingga Haaland lebih banyak berlari tanpa hasil. Guardiola terlambat menurunkan pemain kreatif tambahan untuk membuka ruang.
4. Sayap Tidak Efektif
Phil Foden maupun Jack Grealish/Jeremy Doku (tergantung yang dimainkan) gagal memaksimalkan duel satu lawan satu. Full-back City yang biasanya overlap (Walker/Gvardiol) jarang naik karena khawatir dengan kecepatan counter Spurs, sehingga City kehilangan lebar serangan.
5. Terlalu Rentan Saat Kehilangan Bola
Ciri khas Tottenham di bawah pelatih mereka (misalnya Ange Postecoglou) adalah counter cepat. City terlalu mudah kehilangan bola di area tengah, dan pressing mereka kurang kompak sehingga Spurs bisa membalikkan situasi hanya dengan 2–3 umpan langsung.
Editor : Dedy Suwadha























