Wartakepri.co.id, NATUNA -Pemerintah Kecamatan Bunguran Tengah kab Natuna bertekad mewujudkan swasembada sapi tahun 2020.
Camat Bunguran Tengah, Saidir menyebutkan, rencana swasembada sapi itu akan terwujud dengan dukungan anggaran di tiga desa yakni desa Harapan Jaya, desa Tapau dan desa Air Lengit.
“Jadi saya sudah koordinasikan dengan kepala desa, BPD dan tokoh masyarakat, agar tahun 2018 bisa menganggarkan pembelian bibit sapi sebanyak 100 ekor sapi untuk satu desa, jadi total ada 300 ekor sapi,” kata Saidir pada rapat koordinasi dengan Kades, BPD serta ketua RW ketua RT di kantor Camat, Selasa (21/2/2017).
Pengadaan bibit sapi itu kata Saidir, bisa dianggarkan melalui dana desa (DD) dan alokasi dana desa (ADD). Akan tetapi usulan ini juga hisa digaungkan di tingkat Kabupaten, Provinsi dan Pusat.
“Dana desa sifatnya sebagai perangsang, nanti kita harapkan dari Kabupaten, Provinsi dan Pusat bisa menambah agar swasembada sapi ini tercapai,” ungkapnya.
Program ternak sapi di Bunguran Tengah sambung Saidir, menjadi gagasan baru mengingat keberadaan lahan tidur sangat luas. Sehingga masyarakat bisa memanfaatkan lahan tersebut untuk memelihara sapi.
Sapi membutuhkan pakan yang sehat dan seimbang, setiap harinya sapi membutuhkan pakan sekitar 10% dari bobot badannya serta ditambah dengan pakan tambahan sekitar 1-2% dari bobot badan sangat cocok di hamparan bunguran tengah.
“masyarakat tentunya optimis program ini bisa berhasil sebab Untuk pakan sapi juga masih sangat mudah di cari. Jadi kalau petaninya rajin dan ulet, sapi sapi itu gak akan kekurangan makanan,” paparnya.
Adapun tujuan dari ternak sapi, lanjut Saidir, untuk membantu perekonomian masyarakat sekaligus menekan harga daging di Natuna yang saat ini masih diatas Rp.100 ribu perkilogram.
Dari sisi manfaat nya, sangat banyak sekali kata camat bercerita kepada redaksi wartakepri.co.id.
Yang pertama pengelolaan kotoran ternak yang di manfaatkan untuk pembuatan biogas, yang kemudian nantinya akan di salurkan ke rumah-rumah warga sekitar.
Sehingga dari sisi ekonomis nya warga sedikit terbantu terutama kaum ibu-ibu warga desa, Yang kedua dari sistem pengelolaan nya, sapi-sapi tersebut rencana nya akan di konsep penggemukan dengan skala prioritas 4-6 bulan sekali sudah masuk ke dalam target penjualan.
Yang kemudian hasil dari penjualan sapi tersebut 60% masuk kedalam pengelola, serta 40% nya masuk kedalam anggara BUMDES.
“Target pangsa pasarnya kita mengarah ke Tanjungpinang, Batam dan kalau memungkinkan Jakarta. Sebab kita sudah didukung dengan transportasi Tol Laut,” jelasnya.
Di samping itu, mayoritas peternak dalam melakukan usaha beternak sapi masih tradisional sehingga perlu pendampingan dalam manajemen usaha.
Hal itu dapat dilakukan antara lain lewat mencegah pemotongan betina produktif, optimalisasi dan intensifikasi kawin alam, pengembangan integrasi ternak dengan tanaman, pengembangan pupuk organik dan biogas,penyediaan dan pengembangan teknologi pakan dan lahan pakan.tutup saidir.(Rikyrinov)



























