BATAM – Roy Suryo, seorang pemerhati telematika, mengungkapkan kekhawatiran mendalamnya terhadap Sistem Informasi Rekapitulasi KPU (Sirekap). Menurutnya, Sirekap KPU menghadapi serangkaian masalah, termasuk ketidakakuratan yang mencolok dari sistem Optical Character Recognition (OCR) dan Optical Mark Reader (OMR), yang seharusnya mampu melakukan tugasnya dengan baik.
“Sistem OCR dan OMR yang digunakan pada Sirekap KPU failed. Meski puluhan kampus sukses menggunakannya semenjak beberapa belas tahun silam,” katanya dalam tulisan opini terbuka, Selasa (20/2/2024).
BACA JUGA: Harga Emas Antam dan UBS Naik Bersamaan di Pegadaian Hari Ini
Selain kesalahan pembacaan angka, Roy juga menyoroti masalah dengan algoritma otomatis yang menghasilkan angka yang tidak masuk akal di beberapa kolom. Salah baca angka 1 menjadi 7 atau 4 terjadi di Sirekap, tetapi juga muncul automatically algoritm mulai dari puluhan, ratusan hingga ribuan di kolom paslon tertentu.
“Kalau cuma di satu atau dua tempat masih bisa diberi toleransi, tetapi berbagai laporan fakta menunjukkan hal tersebut mengarah ke sifat TSM (terstruktur, sistematis, dan masif),” tuturnya.
“Sirekap KPU telah menunjukkan kelebihannya, yaitu ketidakakuratan yang mencolok,” tambahnya.
BACA JUGA: Tantangan Teknologi AI dalam Jurnalisme: Menyentuh Teknik Namun Tidak Mampu Membawa Nilai
Lebih lanjut, Roy juga menyoroti kekhawatiran terhadap lokasi server Sirekap KPU yang berada di luar negeri. Ini menunjukkan risiko serius terhadap keamanan data dan privasi masyarakat.
“Beberapa rekan pakar digital juga menemukan koneksi server Sirekap KPU ini dengan lokasi server di China bahkan Prancis,” tuturnya.
Meskipun langkah-langkah untuk melindungi data pribadi telah diambil, penempatan server di luar negeri, khususnya di Alibaba.com Singapore e-commerce Limited, menimbulkan kekhawatiran akan potensi kebocoran data dan masalah jaringan yang tidak terduga.
Dalam analisisnya, Roy menegaskan bahwa masalah yang dihadapi Sirekap KPU bukan hanya masalah teknis. Tetapi juga mengancam kepercayaan publik terhadap integritas proses demokratis.
BACA JUGA: Pertarungan Media Sosial vs. Media Konvensional: Sorotan Mendagri di HPN 2024
Diperlukan tindakan serius untuk mengatasi ketidakakuratan dan meningkatkan keamanan data dalam sistem ini. Tujuannya agar dapat memberikan keyakinan yang lebih besar bagi masyarakat dalam proses pemilihan umum di masa depan. (*)
Sumber: jpnn
Editor: Denni Risman

























