WARTAKEPRI.co.id, JAKARTA – Pemerintah bersama PGN sebagai Subholding Gas Pertamina bersinergi guna optimalkan gas bumi. Hal ini memberi kontribusi terkait transisi energi dan penurunan emisi sebesar 1.526 juta ton CO2 pada tahun 2060
Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dikutip di Jakarta mengungkapkan, bahwa kedepan penggunaan bahan bakar fosil akan tetap digunakan. Namun akan diimbangi dengan adanya berbagai energi baru terbarukan yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Kementerian ESDM menargetkan produksi gas bumi meningkat sebesar 12 BSCFD (standar kaki kubik per hari) pada tahun 2030. Gas bumi kedepan akan dimanfaatkan sebagai energi transisi sebelum EBT 100% dan pemenuhan energi domestik untuk bahan bakar pembangkit, transportasi, industri, serta rumah tangga.
“Di sini jargas akan diperluas ke depan, diharapkan sudah ada skema pendanaan jargas KPBU dan swasta sehingga target 1 juta jargas per tahun bisa disetujui oleh Kemenkeu,” ujar Tutuka dalam Gasfest Conference 2022 virtual, 25 Mei 2022 lalu.
Selain jaringan gas (jargas), BBG akan ditingkatkan di Kota Semarang, Jawa Tengah sekaligus sebagai percontohan. Apabila dapat menjadi contoh yang menarik, maka akan dilakukan di wilayah-wilayah lain.
“Hal yang perlu kita lakukan untuk bisa melayani masyarakat dan mudah diakses adalah pengembangan infrastruktur. Di Indonesia Timur akan banyak pengembangan infrastruktur seperti FSRU untuk LNG dan konversi BBM ke gas pada pembangkit listrik, juga pembangunan Pipa Cisem akan dimulai dari Semarang ke Batang,” jelas Tutuka.
Sementara itu, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto mengatakan, Gas ke depan akan diorientasikan menjadi petrochemical industri.
“Produk-produk itu hampir 80% impor, contoh kecilnya seperti bahan baku obat paracetamol yang masih impor setahun USD 340 juta. Itu adalah satu produk turunan gas,” kata Sugeng.
Sedangkan, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN, Achmad Muchtasyar mengatakan, Gas bumi di masa transisi kedepannya tidak hanya dimanfaatkan sebagai bahan bakar sehingga akan jauh lebih sustain.
“Oleh karena itu, PGN melakukan pengembangan infrastruktur seperti gasifikasi di pembangkit listrik PLN sesuai Kepmen ESDM No 2/2022, kilang atau refinery, dan kawasan industri sehingga akan berampak positif bagi perekonomian nasional secara makro,” ujar Achmad.
Harapannya, PGN bisa menjadi pengelola gas terintegrasi kedepannya. Maka PGN akan fokus mengoptimasi stranded gas, beyond pipeline baik LNG maupun CNG, LNG trading, dan mini liquefaction sebagai bentuk infrastruktur yang terintegrasi.
“Pembangunan infrastruktur gas bumi PGN mendapatkan dukungan besar dari pemerintah. Berdasarkan dukungan tersebut, gas bumi memiliki peran penting di masa transisi sampai dengan tahun 2050 sebagai salah satu cadangan penyangga energi nasional. Hal itu bisa mendorong pertumbuhan pengelolaan niaga Subholding Gas Group,” tutup Achmad. (*)
Editor: Yusuf Riadi