WARTAKEPRI.co.id, NATUNA – Peran tenaga medis Bidan dan Perawat dalam membangun kesehatan masyarakat tak perlu lagi dipertanyakan. Terlebih mereka yang bertugas di fasilitas kesehatan wilayah terpencil dengan segala keterbatasannya.
Tak sedikit dari mereka yang tersebar di 76 desa/kelurahan dari 15 kecamatan, berstatus tenaga honorer alias Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Pemkab Natuna.
Sejumlah tenaga Honore mencurahkan isi hati mereka pada seminar puncak Peringatan HUT Ke 67 Ikatan Bidan Indonesia Cabang Natuna (IBI),di Rumah makan Gray Natuna,Rabu,(01/08/2018).
Seminar mengusung tema Bidan, Garda Terdepan, mengawal kesehatan maternal,neonatal, melalui Germas dan pelayanan berkualitas, sejatinya untuk menampung aspirasi para Bidan Desa di ujung NKRI.
Namun menjadi titik persoalan sejumlah para tenaga kesehatan di Natuna itu jam kerja yang dianggap tidak sesuai dengan honor yang diterima.yang berikan pemerintah Daerah menjadi daya dorong mereka menyampaikan aspirasi.
Salah seorang Bidan sebut saja MM (39), merupakan satu dari sekian Bidan menuturkan dalam seminar tersebut
Honor dianggap lebih kecil jika dibanding gaji sopir.
Menjadi Honor di Puskesmas Pulau tiga , selama bertahun tahun, Pemerintah dianggap kurang peduli terhadap nasib mereka.
“Saya sudah 9 tahun bertugas di Puskesmas Pulau tiga, dengan gaji 1,7 juta. Bisa dikatakan di bawah UMR,”sebut MM.
Meski gaji minim,mereka tetap bersyukur masih bertahan hingga kini, karena rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, akan membawa nikmat dan berkah selama menjalankan tugas.
Sambung MM,Kenapa saya berkata demikian, faktanya, ada bidan honor SK Kemenkes diangkat menjadi PNS, pada hal baru 9 bulan bertugas.
“Ini sangat melukai, bidan Daerah yang sudah bertugas lama namun nasib bidan pelosok pulau sudah mulai berkarat belum juga terperhatikan,”ucapnya.
Selain itu sambung Dia, saat surat edaran Kemenkes terkait adanya pengangkatan honorer menjadi PNS,ada beberapa Pemkab diluar Natuna, memperjuangkan nasib honor daerah untuk diajukan. Dan itu berhasil. Pertanyaan Saya, kenapa Natuna tidak ada diusulkan?,” Ucap wanita separuh baya itu.
MM, bukalah salah satu bidan yang mengeluh. Beberapa bidan lain juga mengatakan hal sama.
“Kami hanya ingin kepedulian Pemerintah baik Pusat maupun daerah, untuk melihat kondisi Bidan desa , meski sudah lama honor , tetap mengabdi buat daerah
Dan kebutuhan masyarakat ,”ucapnya.
Hal senada dikatakan Ayu (34),Bidan polindes di Desa Tanjung merupakan Honor kontrak dan sudah mengabdi selama 3 tahun harap ada peningkatan kesejahteraan dan Dalam penerimaan PNS nanti.
Meski SK Bupati, Gaji mereka cuma 1,3 , juta namun tak sedikit Pelayanan perima mereka berikan ke masyarakat Desa.
“Kalau dibilang cukup iya ngak cukuplah mas, untung saja Kami tinggal sama orang tua, jadi makan tidurnya, ikut orang tua namun sampai kapan mas,”sebut Ayu.
Mengingat pengorbanan, tidak sesuai dengan harapan.gaji juga kadang tersendat sendat sampai ke pulau ini.
Menurut, Ayu,ada sekitar 7 orang bernasib sama dengan ya , di puskesmas Tanjung ,kecamatan Bunguran Timur laut.
Setidaknya kegiatan ini sambung Ayu, bukan hanya kegiatan seremonial semata, namun mampu memperjuangkan nasib para Bidan Honor bertugas di Daerah perbatasan.
” Tolong di prioritaskan honor daerah dulu yang telah lama mengabdi ,” ucap Ayu. (rikyrinovsky)



























