WARTAKEPRI.co.id – Masalah percemaran lingkungan di wilayah perairan Pesisir Kecamatan Nongsa Batam menjadi perhatian sejumlah pemerhati lingkungan. Wajar, karena wilayah tersebut yang akan menjadi area pembangunan jembatan Batam Bintan dan nantinya akan jadi area ekonomi eklusif kedepannya.
Sejumlah nelayan yang berada di Pesisir Punggur, Kecamatan Nongsa, Batam, Kepri, merasa keberatan dengan kabar yang beredar di media masa terkait pencemaran lingkungan di sekutar tempat tiingalnya. Mereka merasa nama nelayan Punggur dimanfaatkan oknum tertentu untuk muatan kepentingan tertentu.
Ketua RT 03 Air Mas Kecamatan Nongsa Asep Mulyadi mengatakan bahwa berita tersebut tidak tepat. Pihaknya ingin menyampaikan bahwa pemberitaan terkait pencemaran lingkungan di Pesisir Kecamatan Nongsa, dari limbah B3 tidak benar.
“Para nelayan di sekitar Nongsa tidak merasa ada pencemaran lingkungan. Mayoritas nelayan disini melaut seperti biasa, hasil tangkapan ikan juga terbilang maksimal,” katanya, Senin (7/6/21).
Terkait apa yang diberitakan, Asep menyayangkan, lantaran disebutkan ada masyarakat yang terkena dampak dari pencemaran limbah B3 di laut. Seluruh masyarakat nelayan di Air Mas, Nongsa, baik-baik saja.
“Datangnya limbah tidak ada di laut kami, masyarakat juga dapat beraktivitas semestinya. Ada yang pergi memancing, menjaring untuk menangkap ikan di laut tanpa adanya limbah yang mengganggu. Harusnya, kabar dalam pemberitaan menyatakan yang benar,” ujarnya.
Asal Pencemaran Pencemaran laut yang berasal dari banjir di KPLI, diduga akibat pematangan lahan kawasan industri di Kabil belum sepenuhnya berdasar. Kalangan sempat mengkleim tersumbatnya aliran drainase di kawasan KPHLI BP Batam akibat pematangan lahan juga belum dapat dibuktikan.
Sebelumnya, Direktur PT Wiraraja Budi mengatakan, pernyataan pihak pengelolaan lingkungan BP Batam tidak benar. Sebab, PT Wiraraja telah melayangkan surat kepada BP Batam jauh sebelum aktifitas penimbunan dilakukan.
“Dua kali kami menyurati Deputi IV BP Batam terkait saluran limbah B3 milik KPLI Kabil dan rencana pemotongan lahan dan meminta KPLI memindahkan saluran limbahnya yang mengarah ke laut. Namun surat kami tidak digubris,” katanya.
BACA JUGA: Muhammad Nelayan Batam Merasa di Anak Tirikan, Kapal Masih Ditahan Malaysia
Apalagi, kata Budi, selama ini saluran limbah B3 milik KPLI Kabil langsung mengarah ke laut sangat berdampak pada lingkungan itu sendiri. Karena apabila dilakukan pematangan lahan di Wiraraja saluran limbah mereka bisa terdampak.
Padahal, menurut perhitungan teknis yang dilakukan saat pematangan lahan apabila hujan bisa terjadi banjir. Pemberitahuan seperti itu, tertuang dalam surat yang dikirim oleh PT Wiraraja kepada BP Batam pada September 2020 dan Januari 2021 lalu.
“Setelah banjir baru menyalahkan pihak lain, kami minta harusnya BP Batam mengevaluasi kinerja Manager Pengelola Lingkungannya Iyus Rusmana, bukan menyalahkan orang lain. Kami juga menawarkan solusi dan bantuan untuk pengerukan sekitar lokasi drainasi, lagi-lagi tak ditanggapi,” kesalnya.
Pihaknya mengaku, apa yang sedang dilakukan PT Wiraraja ini adalah untuk mendukung investasi yang masuk dari Amerika untuk membangun lokasi produksi di Batam yang berdampak pada lapangan kerja. Sejumlah produksi akan segera dilakukan untuk diekspor.
“Jadi sekali lagi kami tegaskan penyebab banjir di area KPLI Kabil bukan murni akibat akitivitas di kawasan Industri PT Wiraraja. Kami juga yang berinisiatif menghubungi tenan dalam penyodetan saluran drainase kurang lebih 200 meter, dengan kedalaman 3 hingga 5 meter,” tandasnya.(SD)
Editor : Adit


























