Berita Temuan Tengkorak di Pulau Subi, Menguat Cerita Kekejaman Jepang

Warta Tengkorak di Subi

WARTAKEPRI.co.id, NATUNA – Menanggapi temuan mayat yang sudah berbentuk tengkorak di Pulau Subi Natuna, Pang Ali Anggota DPRD Natuna juga Dapil 2 bertanya apakah tulang itu sudah lama atau masih baru. Pang ali sementara tidak berani berkomentar banyak terkait persoalan ini.

Dijelaskan Pang Ali, daerah itu dulu zaman penjajahan Jepang disitu ada kerja paksa untuk membangun jalan. Dan itu jalan peninggalan penjajah Jepang itu, saat ini tidak terpakai lagi.

” Saya yakin saja apakah tengkorak tersebut adalah bekas korban penyiksaan belanda pada zaman itu,” tutur Pang Ali.

Harris Nagoya

Satu satu ada bandara lapangan terbang peningalan Jepang. Apakah ini mungkin saja tulang melulang hasil peningalan pada zaman jepang untuk membuktikan bisa cek lebih dalam berapa umur tulang belulang temukan masyarakat Subi ini

Pulau Subi Kecil adalah pulau terluar masuk dalam wilayah Kabupaten Natuna Provinsi, Kepulauan Riau, yang terletak pada 3° 1′ 51 LU, 108° 54′ 52 BT atau bagian dari Laut China Selatan yang berbatasan dengan negara Malaysia bagian timur.

Pulau Subi Kecil, kini dihuni sekitar 2.000 jiwa, dengan mayoritas penduduknya adalah nelayan dan petani. Dimasa perang dunia II, pulau ini sempat direbut beberapa negara penjajah, diantara Portugal, Belanda dan Jepang.

Peninggalan penjajahan di Pulau Subi Kecil mengingatkan penduduk setempat pada masa-masa mempertahankan kemerdekaan.

Namun kini pulau ini belum tersentuh pembangunan yang memadai. Pada masa penjajahan Portugal, masih menyisakan meriam-meriam diantara rumah penduduk. Sementara pada penjajahan Belanda masih diabadikan marcusuar dan penjajahan Jepang adanya peninggalan Air Strip eks Jepang.

Komentar lain, Bapak Maat (60), warga Subi mengaku, pembangunan landasan pacu dimasa penjajahan Jepang, tidak terhitung jumlah penduduk setempat dilibatkan sebagai pekerja rodi. Kini lokasi lokasi peninggalan sudah menjadi tempat pemukiman warga.

Mantan Kepala Desa Meliah Kecamatan Subi ini mengaku, warga hanya mengandalkan pendapatan sehari hari dari hasil nelayan, sebagian kecil adalah petani cengkeh dan kelapa. tutur Maat.

Pulau Subi dapat ditempuh perjalanan dari pusat kabupaten sekitar 8 jam menggunakan kapal pompong nelayan. Sementara menuju Kalimantan sekitar 15 jam, Perjalanan laut menuju Sematan, Malaysia dan serawak Kucing , sekitar 6 jam.

Sedangkan perjalanan laut menuju Tanjungpinang sekitar 18 Jam menggunakan Kapal Sabuk Nusantara 30 dan 39. serta kapal Trigas menjadi handalan Masyarakat Subi.

” Kesenjangan ekonomi di Pulau Subi sangat tinggi dengan sarana yang sangat terbatas serta jauh dari rentan kendali, demi mempertahankan pulau itu, mereka tetap menetap di sana Untuk NKRI” ujar Maat. (rinovsky)

Google News WartaKepri DPRD BATAM 2025