JAKARTA, WARTAKEPRI.co.id– Pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand), Asrinaldi berharap,musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) Partai Golkar yang akan diselenggarakan beberapa bulan mendatang, dapat mengakhiri konflik di tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut.
Pasalnya, ia khawatir dualisme kepengurusan Partai Golkar, lama kelamaan dapat memunculkan partai baru.
Pasalnya, ia khawatir dualisme kepengurusan Partai Golkar, lama kelamaan dapat memunculkan partai baru.
“Tanpa ada upaya penyelesaian dari senior Golkar ini, saya khawatir akan muncul partai baru,” kata Asrinaldi kepada Republika.co.id, Kamis (28/1/2016).
Selama ini, ia mengatakan, masing-masing kubu selalu mengklaim mempunyai basis massa. Sehingga dikhawatirkan, saat terjadi kekalahan pemilihan ketua umum salah satu kandidat, akan berakhir dengan pembentukan partai pecahan. Seperti, partai Gerindra, Nasdem dan Hanura.
“Kalau itu dibiarkan, secara perlahan Golkar itu akan digerogoti sendiri oleh kader-kadernya,” ujar Asrinaldi.
Menurutnya, menjelang Munaslub yang terpenting adalah koalisi vertikal dengan elit atau senior partai dan pemerintah. Ia mencontohkan, dalam politik, lobi kepada pemerintah untuk pengakuan legal standing, sangat penting.
“Kalau Ical dekati Jokowi (Presiden Joko Widodo), itu langkah politis untuk meminta dukungan dalam pelaksanaan Munaslub, kalau seandainya orang yang terpilih dari kubu beliau,” tuturnya.
Sehingga ia mengatakan, siapapun kubu yang bisa membuat koalisi vertikal dengan pemerintah maupun senior, maka mereka yang akan dominan memenangkan pertarungan dalam Munaslub. (republika)
Selama ini, ia mengatakan, masing-masing kubu selalu mengklaim mempunyai basis massa. Sehingga dikhawatirkan, saat terjadi kekalahan pemilihan ketua umum salah satu kandidat, akan berakhir dengan pembentukan partai pecahan. Seperti, partai Gerindra, Nasdem dan Hanura.
“Kalau itu dibiarkan, secara perlahan Golkar itu akan digerogoti sendiri oleh kader-kadernya,” ujar Asrinaldi.
Menurutnya, menjelang Munaslub yang terpenting adalah koalisi vertikal dengan elit atau senior partai dan pemerintah. Ia mencontohkan, dalam politik, lobi kepada pemerintah untuk pengakuan legal standing, sangat penting.
“Kalau Ical dekati Jokowi (Presiden Joko Widodo), itu langkah politis untuk meminta dukungan dalam pelaksanaan Munaslub, kalau seandainya orang yang terpilih dari kubu beliau,” tuturnya.
Sehingga ia mengatakan, siapapun kubu yang bisa membuat koalisi vertikal dengan pemerintah maupun senior, maka mereka yang akan dominan memenangkan pertarungan dalam Munaslub. (republika)