LINGGA, WARTAKEPRI.co.id-Belasan tenaga pendidik di Desa Bakung sudah diuji sebelum mengajar anak didiknya. Soalnya, mereka harus rela berbasah-basahan sebelum mengajar siswanya.
Kondisi yang bertahun-tahun berlangsung ini karena di Desa Bakung belum memiliki fasilitas pelabuhan. Jadi guru yang mengajar di sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di desa tersebut harus berjalan di kedalaman laut sekitar satu meter untuk menuju ke daratan Desa Bakung.
Setiap hari mereka harus ngarung laut ketika turun dari pompong, karena belum ada tambatan perahu di Pasir Bulan, Desa Bakung. Salah seorang guru yang mengajar di SD 004 Bakung, Paris menuturkan ia berdomisili di Kuala Raya setiap hari mengajar di Bakung.
Namun, untuk pergi mengajar dr rumah ke sekolah mereka setiap hari harus menempuh perjalanan melalui jalan darat sejauh 8-10 km. Selanjutnya, untuk sampai ke sekolah, mereka harus menyeberangi lautan menggunakan pompong. Perjalanan ini, mereka tempuh selama 40 menit.
Ironisnya di pasir bulan tersebut tak ada tambatan perahu sehingga para guru itu untuk naik ke pompong harus rela menyusul pompong yg berlabuh pada kedalam air 1 meter dan hal itu membuat pakaian basah.
“Kondisi seperti ini setiap hari sudah biasa kami hadapi. Walaupun harus basah. Jadi harus bawa pakaian ganti. Sudah resiko, mau gimana lagi,” katanya.
Dikatakan Paris, setiap hari mengajar di Bakung, adalah menjalani tugas dan profesi sebagai seorang guru. Ia menjalani profesi ini bukan sendiri, namun nersama sejumlah teman-temannya yang seprofesi yakni sebanyak 8 guru SD 004 Bakung.
Bukan hanya guru SD, ada juga sebanyak 6 orang guru SMP yang mengajar di Bakong juga mengalami nasib serupa.
” Kondisi ini lebih parah lagi kalau lg musim utara, pompong kecil yg mereka tumpangi tak ada atap sehingga kalau hujan tiba mereka basah kehujanan, ditambah hempasan gelombang musim utara,”imbuhnya.(adi)
