Dikutip dari Sindonews, seorang saksi mata dari kamp Al-Arroub mengatakan kepada media Palestina bahwa Warasneh ditembak ketika berdiri pada jarak sekitar dua meter dari seorang tentara Israel.
“Warasneh menerima peluru di dada, sangat dekat dengan jantungnya,” kata juru bicara rumah sakit Ahli.
“Dia tiba di rumah sakit dalam keadaan hampir meninggal,” ungkap juru bicara itu. “Dia kehilangan terlalu banyak darah dan jantungnya berhenti,” imbuhnya seperti dikutip dari The New Arab, Kamis (2/6/2022).
“Ghufran pergi bekerja sekitar pukul 7:40 pagi melalui pintu masuk kamp pengungsi, di mana pasukan Israel biasanya ditempatkan,” ujar Abdel Rahman Warasneh, sepupu Ghufran.
“Beberapa menit kemudian kami mendengar berita bahwa seseorang tertembak dan saya bergegas dengan orang lain ke pintu masuk kamp, untuk menemukan bahwa itu adalah Ghufran,” tambahnya.
“Ketika orang tuanya mengetahui berita itu, mereka sangat terpukul. Dia adalah anak tertua dan penyokong utama mereka,” kata Warasneh.
“Dia lajang dan tinggal bersama mereka dan membantu merawat adik-adiknya,” ia menambahkan.
Talab Jaabari, direktur dan produser program di Dream Radio Hebron, mengungkapkan bahwa Ghufran baru saja diterima di kantor tersebut.
“Ghufran telah melamar pekerjaan sebagai presenter berita di radio kami dua minggu lalu,” kata Jaabari.
“Dia menjalani beberapa tes kualifikasi dan dipekerjakan dan hari ini (Rabu) adalah hari pertamanya bekerja,” ujar Jaabari.
“Kami menunggu dia menjadi yang pertama mengudara sebagai suara baru kami, tetapi kami malah menerima berita pembunuhannya,” ia menambahkan. Akun media sosial Palestina mengedarkan video laporan Warasneh yang meliput berita Palestina untuk media lokal.(*/twitter/sindo)
# Jurnalis Palestina