BMKG: Hujan Deras Picu Banjir Bandang dan Lahar di Sumatra Barat

BMKG: Hujan Deras Picu Banjir Bandang dan Lahar di Sumatra Barat
Banjir bandang dan galodo yang terjadi di Sumatera Barat, Sabtu (12/5/2024) dipicu oleh curah hujan yang tinggi (facebook)

HARRIS BATAM

PADANG – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa hujan deras dan berdurasi panjang menjadi pemicu utama banjir bandang bercampur lahar gunung yang melanda tiga kabupaten/kota di Sumatra Barat (Sumbar).

Dalam konferensi pers virtual dari Padang Panjang, Sumatra Barat, Minggu (12/5/2024), Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa potensi hujan intensitas sedang hingga sangat deras telah diamati, terutama karena adanya fenomena Sirkulasi Sinklonik dan pembentukan awan serta belokan angin lokal.

Menyikapi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG segera menerbitkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem yang dapat berujung pada bencana hidro-meteorologi seperti banjir, longsor, dan lainnya di Sumatra Barat.

Masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah rawan bencana seperti pesisir, pegunungan, dan perbukitan, diminta untuk waspada dari tanggal 9 hingga 12 Mei 2024.

“Hujan deras yang terjadi pada Sabtu (11/5) kemarin, dengan curah hujan mencapai di atas 150/200 mm, menyebabkan banjir bandang disertai lahar yang melanda Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang,” jelas Dwikorita.

Terkait lahar gunung, Dwikorita menjelaskan bahwa material tersebut berasal dari sisa erupsi Gunung Marapi yang masih mengendap di lereng bagian puncaknya. Material tersebut terbawa air hujan hingga melanda tiga kabupaten/kota di sekitarnya.

Meskipun Gunung Marapi tidak mengalami erupsi pada saat kejadian, namun hujan deras yang berlangsung hingga tanggal 22 Mei 2024 atau setidaknya tiga hari ke depan memperparah situasi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa sejumlah kecamatan di Kabupaten Agam, Tanah Datar, dan Padang Panjang dilanda banjir bandang bercampur material lahar pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Bencana tersebut menyebabkan kerusakan serius, dengan korban warga yang meninggal dunia mencapai 27 orang, lebih dari 200 orang mengungsi, dan lebih dari 100 unit rumah serta puluhan fasilitas publik rusak.

Selain itu, bencana ini juga menyebabkan tanah longsor yang memutus jalan dan menghambat arus lalu lintas di beberapa wilayah, seperti di Malalak Kabupaten Agam, Sitinjau Lauik Kabupaten Tanah Datar, dan Jalan Lembah Anai.

Tim petugas gabungan terus melakukan upaya penanggulangan dampak bencana, dengan harapan jumlah korban dan kerusakan dapat diminimalkan. (*)

Google News WartaKepri