KARAWANG – Suasana riuh rendah terdengar di tengah hamparan lahan sorgum yang menguning di wilayah Izin Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial (IPHPS) Kabupaten Karawang. Panen perdana sorgum ini menjadi momen bersejarah bagi Perkumpulan Kelompok Tani Hutan Mandiri Teluk Jambe Bersatu (PKTHMTB) dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Acara yang digelar pada Sabtu (13/3/2025) ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi, termasuk Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni, Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon, dan Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Pangan Nasional (BPN), Dr. Andriko Noto Susanto.
Panen perdana ini bukan sekadar perayaan hasil panen, melainkan juga simbol komitmen bersama dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan program Asta Cita Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. H. M. Taufiq R. Abdul Syakur, Ketua Dewan Pembina PKTHMTB Karawang, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pihaknya bersama HKTI akan mengembangkan 100 hektar lahan pertanian sorgum dan jagung di wilayah IPHPS Karawang.
“Kami telah memulai dengan menanam 10 hektar sorgum, dan hari ini kita panen perdana 2 hektar. Ini adalah langkah awal untuk mencapai swasembada pangan,” ujar Taufiq dengan penuh semangat.
Taufiq juga menekankan bahwa program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, tetapi juga memberdayakan petani dan masyarakat sekitar.
“Kami telah berhasil mengurangi kemiskinan ekstrem di daerah ini. Dari sebelumnya 1.126 kepala keluarga miskin, kini tersisa 781 keluarga. Ini adalah bukti bahwa pertanian bisa menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan,” tambahnya.

Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyebut sorgum sebagai “tanaman ajaib” yang memiliki banyak manfaat. “Dari ujung hingga akarnya, sorgum bisa dimanfaatkan. Bisa diolah menjadi beras, tepung, gula, bahkan pakan ternak. Ini adalah tanaman yang luar biasa,” ujar Raja Juli saat memanen sorgum bersama para petani. Ia juga menekankan pentingnya membentuk klaster pangan dari perhutanan sosial untuk meningkatkan efisiensi produksi dan menekan biaya.
“Dengan klaster yang terorganisir, petani bisa mendapatkan keuntungan lebih besar, dan ketahanan pangan nasional bisa tercapai,” jelasnya.
Senada dengan Raja Juli, Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang juga menjabat sebagai Ketua HKTI menyatakan bahwa sorgum adalah tanaman tradisional yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan petani.
“Sorgum bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman lain seperti cabai. Ini bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi petani,” ujar Fadli Zon. Ia juga mengapresiasi program prioritas pemerintah dalam menyediakan makanan bergizi gratis sebagai upaya mendukung ketahanan pangan.

Dalam acara ini, dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara HKTI dan Koperasi Konsumen Lestari Hutan Indonesia Raya (Koperasi KLHIR) untuk pengembangan 100 hektar sorgum dan 100 hektar jagung. MoU ini mencakup penyiapan lahan, penyediaan bibit unggul, pendampingan teknis, serta pengolahan dan pemasaran hasil panen. “Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, memberdayakan petani lokal, dan mendukung diversifikasi pangan,” jelas Taufiq.
Acara panen perdana sorgum ini ditutup dengan penanaman pohon alpukat dan penyerahan bantuan sosial kepada puluhan anak yatim-piatu di sekitar kawasan hutan sosial Karawang. Bantuan tersebut diserahkan secara simbolis oleh Menhut Raja Juli Antoni, Menbud Fadli Zon, dan Deputi BPN Dr. Andriko Noto Susanto. “Ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap masyarakat sekitar. Kami ingin memastikan bahwa program ini tidak hanya meningkatkan produksi pangan, tetapi juga membawa kesejahteraan bagi semua,” pungkas Taufiq.
Panen perdana sorgum di Karawang ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemerintah, organisasi petani, dan masyarakat dapat menciptakan solusi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan ketahanan pangan. Dengan semangat gotong royong, masa depan pertanian Indonesia semakin cerah.
(Rky)