WARTAKEPRI.co.id, NATUNA – Matahari pagi bersinar cerah di atas Paslabuh Selat Lampa, Natuna, pada Jumat, 9 Agustus 2024. Angin laut bertiup lembut, membawa aroma segar khas pesisir. Cuaca yang bersahabat ini seolah menjadi pertanda baik bagi perjalanan mulia Bakamla bersama KN Tanjung Datu 301.
Kapal megah berwarna putih itu berdiri tegak di dermaga, siap mengarungi samudra luas. Tali-tali jangkar yang kokoh perlahan dilepaskan, mesin kapal menderu dengan penuh semangat, dan dua cerobong asapnya mulai mengepulkan asap putih tebal ke angkasa biru yang cerah laut Natuna utara (LNU).
Di atas dek kapal, para kru yang gagah berani berbaris rapi, siap menghadapi tantangan pelayaran yang akan datang. Mereka adalah para pahlawan tanpa tanda jasa, rela mengorbankan waktu dan tenaga demi membawa pulang saudara-saudara mereka yang tertahan di negeri orang.
Wajah-wajah mereka memancarkan tekad dan semangat yang membara, siap menghadapi segala rintangan yang mungkin menghadang di tengah lautan.
Di anjungan kapal, Kolonel Bakamla Rudi Endratmoko, Komandan KN Tanjung Datu 301, berdiri tegap dengan seragam kebanggaannya. Matanya menatap tajam ke arah cakrawala, penuh keyakinan akan keberhasilan misi kemanusiaan ini. Dengan suara lantang, ia memberikan instruksi kepada para kru, memastikan setiap detail persiapan telah dilaksanakan dengan sempurna.
Sementara itu, di dalam kapal, suasana hangat dan penuh keakraban tercipta. Para tamu dari Pemerintah Kabupaten Natuna, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Natuna Hadi Suryanto Anrizal Zen, Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah Natuna, Kepala Desa Sabang Mawang Barat, Pipit Triyatul serta perwakilan HNSI Natuna Hayatullah, serta awak media yang turut serta dalam perjalanan ini, disambut dengan ramah oleh kru kapal.
Mereka diajak berkeliling kapal, melihat-lihat berbagai fasilitas canggih yang dimiliki oleh KN Tanjung Datu 301. Dari ruang mesin yang bergemuruh hingga ruang kendali yang penuh dengan peralatan navigasi modern, para tamu terpukau dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki oleh kapal ini.
Tak lupa, para tamu juga diberikan penjelasan detail tentang tata cara keselamatan di atas kapal (safety briefing onboard). Mulai dari penggunaan jaket pelampung hingga prosedur evakuasi darurat, semua dijelaskan dengan jelas dan gamblang. Kru kapal dengan sabar menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, memastikan semua tamu merasa aman dan nyaman selama perjalanan.
Semangat kebersamaan dan rasa persaudaraan terasa begitu kuat di antara mereka. Semua orang di atas kapal, baik kru maupun tamu, memiliki satu tujuan yang sama: membawa pulang delapan nelayan Natuna dengan selamat.
Misi kemanusiaan ini bukan hanya tentang menjemput orang-orang yang ditahan, tetapi juga tentang menunjukkan solidaritas dan kepedulian terhadap sesama anak bangsa.
“Ini adalah bukti nyata bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, bangsa yang peduli, dan bangsa yang selalu siap membantu saudaranya yang sedang dalam kesulitan,” ujar anrizal zen, Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah Natuna turut ikut dalam misi tersebut.
Akhirnya, saat yang ditunggu-tunggu tiba. KN Tanjung Datu 301 perlahan meninggalkan dermaga, membelah ombak Selat Lampa dengan gagah. Kapal itu membawa harapan dan doa dari seluruh masyarakat Natuna.
Diiringi lambaian tangan dan sorak sorai dari orang-orang yang berkumpul di dermaga, kapal itu melaju dengan penuh keyakinan menuju perbatasan, siap menjemput para pahlawan laut Natuna yang telah lama dinantikan kepulangannya.
Perjalanan panjang melintasi samudra ini akan menjadi saksi bisu dari semangat kemanusiaan yang tak pernah padam. KN Tanjung Datu 301 akan menjadi jembatan penghubung antara kerinduan dan harapan, antara keluarga yang terpisah dan kebahagiaan yang akan segera terwujud.
Nelayan Natuna Kembali ke Pelukan Ibu Pertiwi
Dalam momen yang mengharukan, air mata bahagia mengalir deras di dek KN Tanjung Datu 301. Sandi (24), seorang nelayan muda asal Natuna, tak kuasa menahan tangis saat akhirnya menginjakkan kaki di kapal kebanggaan Indonesia itu, Sabtu (10/8/2024) pagi.
Setelah dua bulan yang penuh ketidakpastian dan kerinduan yang mendalam, Sandi dan tujuh rekannya akhirnya kembali ke pelukan Ibu Pertiwi.
“Enggak nyangka pemerintah mau jemput nelayan kecil seperti kami dengan kapal sebesar ini,” ucap Sandi terbata-bata, air mata terus mengalir di pipinya yang terbakar matahari. “Baru hari ini bisa nangis bahagia, dari dua bulan lalu air mata habis menangis sengsara,” ujarnya.
Sandi dan rekan-rekannya, Deki Apriadi, Sadri, Bujang, Edwar, Kafli, Pajar, Rizal, dan Seta, di atas kapal Tim kesehatan dari kapal KN Tanjung Datu 301 melaksanakan pemeriksaan kesehatan menyeluruh terhadap para nelayan Natuna. Mereka berasal dari desa-desa nelayan tradisional di Kecamatan Subi dan Kecamatan Pulau Tiga, Natuna.
Mereka adalah potret nelayan sederhana yang menggantungkan hidup pada kekayaan laut Natuna yang terkenal dengan keindahan pantainya dan kelimpahan ikannya.
Namun, pada 19 April 2024, kehidupan mereka berubah drastis. Saat mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka, mereka ditangkap oleh otoritas Malaysia karena diduga melanggar batas wilayah perairan.
Selama dua bulan, mereka hidup dalam ketidakpastian, jauh dari keluarga dan kampung halaman yang mereka cintai. Mereka merindukan senyum anak-anak mereka, pelukan hangat istri mereka, dan canda tawa tetangga mereka. Mereka merindukan aroma laut Natuna, deburan ombak yang menenangkan, dan angin laut yang menyegarkan.
Namun, kehadiran KN Tanjung Datu 301 menjadi simbol nyata bahwa negara hadir untuk melindungi mereka. Kapal megah milik Badan Keamanan Laut RI itu menjemput mereka di perairan Tanjung Datu, membawa mereka pulang ke rumah dengan selamat.
Saat kapal itu muncul di cakrawala, harapan kembali menyala di hati mereka. Saat mereka melangkah ke dek kapal, mereka merasa seperti terlahir kembali.
“Ini lebih dari sekadar penjemputan,” ujar Komandan KN Tanjung Datu 301, Kolonel Bakamla Rudi Endratmoko dengan mata berkaca-kaca. “Ini adalah bukti bahwa negara selalu ada untuk melindungi setiap warga negaranya, terutama mereka yang berjuang di garis depan untuk mencari nafkah,” ujarnya kepada wartakepri.co.id diatas dek kapal KN Tanjung Datu.
Sedada disampaikan Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Natuna, Hadi Suryanto, Ia mengingatkan bahwa melaut adalah mata pencaharian utama bagi sebagian besar masyarakat Natuna dan penting untuk kembali beraktivitas demi keberlangsungan ekonomi daerah.
Hadi Suryanto juga menekankan pentingnya menjaga keamanan dan kewaspadaan saat melaut. Ia menyarankan agar para nelayan selalu berkoordinasi dengan pihak berwenang dan tidak ragu untuk meminta bantuan jika menghadapi situasi yang mencurigakan atau berbahaya.
“Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus meningkatkan keamanan di wilayah perairan Natuna dan memberikan dukungan kepada para nelayan agar dapat melaut dengan aman dan nyaman,” ujarnya.
3 Perahu Ditarik
Selain membawa pulang delapan nelayan Natuna yang telah lama ditahan di Malaysia, KN Tanjung Datu 301 juga menarik tiga unit perahu nelayan yang sebelumnya disita. Perahu-perahu kayu sederhana itu diikat dengan tali yang kuat, ditarik perlahan melintasi samudra luas menuju Pulau Natuna.
Pemandangan ini sungguh mengharukan. Perahu-perahu nelayan yang dulu menjadi sumber penghidupan bagi para nelayan kini kembali ke rumah, menjadi simbol perjuangan dan harapan bagi masyarakat Natuna.
Mereka adalah saksi bisu dari kerja keras dan pengorbanan para nelayan dalam mencari nafkah di laut lepas. Kini, perahu-perahu itu akan kembali berlayar, membawa semangat baru bagi para nelayan untuk terus berjuang dan membangun kehidupan yang lebih baik.
Kehadiran perahu-perahu nelayan yang ditarik oleh KN Tanjung Datu 301 juga menjadi bukti nyata kehadiran negara dalam melindungi hak-hak para nelayan. Pemerintah tidak hanya membebaskan para nelayan dari tahanan, tetapi juga mengembalikan alat-alat produksi mereka, sehingga mereka dapat kembali bekerja dan menghidupi keluarga mereka.
Kembalinya perahu-perahu nelayan ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Natuna. Ini adalah awal dari babak baru dalam kehidupan mereka. Dengan semangat yang baru dan dukungan dari pemerintah, mereka siap menghadapi tantangan masa depan dengan penuh optimisme.
(rky)