NATUNA – Di balik gemerlap laut Natuna yang memesona, terselip kisah pilu tentang remaja-remaja yang tersesat dalam pusaran kenakalan. Tawuran, balap liar, dan vandalisme menjadi cerita yang kerap menghiasi sudut-sudut kabupaten terluar ini. Namun, di balik setiap tindakan negatif, ada cerita manusiawi yang perlu kita dengar dan pahami.
Irlizar, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol-PP) Kabupaten Natuna, dengan suara penuh keprihatinan, bercerita tentang remaja-remaja yang seolah kehilangan arah. “Banyak dari mereka sebenarnya hanya mencari perhatian. Mereka merasa tidak didengar, tidak dipahami, bahkan oleh orang tua sendiri,” ujarnya saat ditemui di ruang dinasnya, Selasa (04/02) pagi.
Faktor keluarga menjadi titik awal dari banyak masalah ini. “Orang tua sibuk bekerja, sementara anak-anak tumbuh tanpa bimbingan. Mereka mencari pelarian, dan sayangnya, pelarian itu sering kali ke arah yang salah,” tambah Irlizar.
Lingkungan juga turut membentuk perilaku remaja. Pergaulan dengan teman-teman yang salah, ditambah dengan paparan konten negatif di media sosial, membuat remaja mudah terjerumus.
Namun, di balik semua itu, ada harapan. Irlizar menceritakan tentang seorang remaja bernama And (nama samaran), yang sempat terlibat dalam aksi tawuran. ”
And adalah anak yang cerdas, tapi ia merasa tidak ada yang peduli padanya. Setelah kami ajak bicara dan beri perhatian, ia mulai berubah. Sekarang, And aktif dalam kegiatan olahraga dan bahkan menjadi contoh bagi teman-temannya,” kisahnya.
Cerita And adalah bukti bahwa setiap remaja memiliki potensi untuk berubah. “Mereka bukan anak nakal, mereka hanya butuh seseorang yang mau mendengarkan dan membimbing,” ujar Irlizar.
Untuk itu, Irlizar menekankan pentingnya peran keluarga dan sekolah dalam membentuk karakter remaja. “Orang tua harus lebih hadir dalam kehidupan anak-anak mereka. Tidak hanya secara fisik, tapi juga secara emosional. Sekolah juga harus menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi remaja untuk belajar dan berkembang,” katanya.
Selain itu, kegiatan positif seperti olahraga, seni, dan keterampilan teknis bisa menjadi sarana untuk menyalurkan energi remaja. “Kami sedang merancang program-program yang melibatkan remaja dalam kegiatan positif. Harapannya, mereka bisa menemukan passion dan tujuan hidup mereka,” ujar Irlizar.
Di ujung pembicaraan, Irlizar menyampaikan pesan penuh harap. “Remaja adalah masa depan Natuna. Mereka adalah anak-anak kita, saudara kita. Mari kita bantu mereka menemukan jalan yang benar. Dengan kasih sayang dan dukungan, kita bisa mengubah cerita mereka menjadi kisah sukses,” tuturnya.
Natuna memiliki potensi besar, dan remaja adalah aset berharga yang harus dijaga. Dengan kerja sama dari semua pihak, kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan remaja menjadi individu yang berkarakter dan penuh harapan.
Mari bersama-sama menyelamatkan masa depan generasi muda Natuna, karena setiap anak layak untuk bermimpi dan meraih mimpinya.
(Rky)