Strategi PT Timah Jaga Ekosistem Laut dengan Aritificial Reef 

Reklamasi laut yang dilaksanakan PT Timah yakni dengan penenggelaman artificial reef, penanaman mangrove, restocking cumi, kepiting bakau dan pemantauan kualitas air laut hingga pemasang penahan abrasi, sehingga mampu menyejahterakan nelayan.(Foto: Istimewa)

WARTAKEPRI.co.id, PANGKALPINANG – PT Timah terus berkomitmen melaksanakan pelestarian lingkungan, termasuk laut.

Upaya pelestarian lingkungan laut yang dilakukan oleh PT Timah dilaksanakan secara berkelanjutan dan menjadi bagian dari program reklamasi perusahaan.

Salah satunya reklamasi laut yang dilaksanakan yakni di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Provinsi Kepulauan Riau.

Departement Head Corporate Communication PT Timah Tbk, Anggi Siahaan menjelaskan, reklamasi laut yang dilaksanakan PT Timah yakni dengan penenggelaman terumbu karang buatan (artificial reef), penanaman mangrove, restocking cumi, kepiting bakau dan pemantauan kualitas air laut hingga pemasang penahan abrasi.

“Kurun waktu 2016-2024, Anggota Holding Industri Pertambangan Indonesia MIND ID, PT Timah telah menenggelamkan 1.475 unit transplantasi karang, fish shelter 3.105 menenggelamkan sebanyak 7.680 unit artificial reef, merestocking 40.435 ekor cumi yang dilaksanakan di Bangka Belitung,” papar Anggi, Jum’at, 4 Juli 2025.

“Sedangkan di Provinsi Kepulauan Riau, bentuk reklamasi yang dilakukan yakni memasang penahan abrasi sebanyak 2.360 meter, menanam mangrove seluas 12,81 hektar dan melakukan restocking kepiting sebanyak 3.800 ekor pada 2017-2024,” tambah Anggi.

Dalam melaksanakan reklamasi laut, Anggi menyebut PT Timah telah berkolaborasi dengan kelompok nelayan, Yayasan Sayang Babel Kite, pemerintah daerah dan POSSI Bangka Belitung.

“Merangkul seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menjaga ekosistem dan kelestarian lingkungan,” pungkasnya.

Anggi berujar, reklamasi laut yang dilakukan perusahaan tidak hanya untuk menjaga eksosistem laut dan dampak ekologis saja, namun juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.

“Program rekalmasi laut merupakan langkah proaktif perusahaan dalam menjaga ekosistem laut, dilaksanakan secara berkelanjutan dan diharapkan dapat memberikan dampak bagi peningkatan ekologis maupun sosial ekonomi masyarakat. Kedepan artificial reef juga diharapkan dapat dikembangkan untuk mendukung pariwisata bawah laut,” sebut Anggi.

Sementara itu, Ketua Yayasan Sayang Babel Kite, Indra Ambalika Syari mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan PT Timah untuk melaksanakan reklamasi laut sejak tahun 2017 lalu.

“Berbagai kegiatan diantaranya transplantasi karang, coral garden, fish shelter, atraktor cumi, restocking cumi, monitoring terumbu karang, mangrove dan biota laut di Pulau Bangka,” beber Indra.

Reklamasi laut yang dilakukan oleh PT Timah sendiri, kata Indra menjadi program pertama yang diterapkan di Indonesia.

“Program tersebut menunjukkan bahwa reklamasi laut menjadi kewajiban yang sudah layak diterapkan dalam dunia pertambangan,” imbuhnya.

Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung ini juga mengatakan, dari kegiatan tersebut, dapat menjadi bahan pembelajaran berharga untuk diterapkan pada skala nasional.

“Aktivitas penambangan yang berdampak pada penurunan kualitas perairan laut dan gangguan biota laut, harus melakukan program reklamasi laut, meskipun kegiatannya berpusat di darat. Hal ini sebagai upaya untuk menjaga ekosistem laut,” ucap Indra.

Indra menambahkan, artificial reef yang telah ditenggelamkan PT Timah, terbukti dapat menjadi habitat baru bagi biota laut di lokasi penenggelaman. Lokasinya telah menjadi fishing ground baru bagi nelayan dan dapat dikembangkan untuk wisata diving dan memancing.

“PT Timah telah menjadi perusahaan yang aktif merestorasi ekosistem laut dengan melakukan program reklamasi. Secara umum kegiatan ini telah meningkatkan nilai dari ekosistem laut, sehingga lebih dapat bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Dari hasil monitoring yang dilakukan, Indra menyebut bahwa penenggelaman artificial reef, coral garden, fish shelter, atraktor cumi hingga rumpon yang telah dilakukan, sangat potensial dikembangkan menjadi wisata bahari dan perikanan.

“Program potensial yang dapat dikembangkan menjadi wisata bahari dan perikanan,” katanya.

Program reklamasi laut yang dilakukan PT Timah juga telah dirasakan langsung manfaatnya oleh nelayan, salah satunya Rispandi, nelayan di Desa Tanjung Kubu, Kabupaten Bangka Selatan.

“Keberadaan artificial reef di perairan Tanjung Kubu telah meningkatkan hasil tangkapan nelayan dan tidak perlu pergi melaut yang jaraknya jauh, karena ikan-ikan sudah berkoloni di fish shelter,” katanya.

Sebelumnya kata Rispandi, para nelayan mulai berangkat menjaring ikan pada waktu subuh hingga sore hari, pendapatannya hanya sekitar 10 kilogram saja, sekarang sehari mampu 50 kilogram.

“Dari hasil tangkapannya, nelayan merasa puas dan senang mendapatkan hasil menjaring seperti ikan super, seminyak, jarang gigi, kakap merah apalagi saat ini sedang musim cumi, malam-malam banyak cumi berada disekitar fish shelter,” beber Rispandi.

Google News WartaKepri DPRD BATAM 2025