WARTAKEPRI.co.id, BINTAN – Laskar Merah Putih (LMP) Markas Cabang (Macab) Kabupaten Bintan menyayangkan Tragedi terbaliknya Kapal pengangkut TKI Ilegal di Tanjung Balau, Johor pada Rabu 15 Desember 2021 jam 4.30 pagi, dan banyak menelan korban.
“Mereka adalah saudara – saudara kita yang ingin pergi mengais rezeki, dimana resiko yang akan dihadapi sangatlah tinggi, sehingga sampai mengorbankan nyawa,”kata ketua Macab LMP Kabupaten Bintan, Rahmadi, Sabtu (18/12/2021).
“Ada apa dengan negeri ini, banyaknya korban meninggal dunia, pasca terbaliknya Speed Bood pengangkut TKI ilegal di Negara jiran tetangga Malaysia, “ujarnya
“Kegiatan jasa transportasi pengangkutan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal ini terjadi secara masif, diduga terjadi pembiaran sehingga sering menelan korban, kegiatan ini diduga dilakukan diberapa wilayah di Kepulauan Riau, seperti di Bintan, Tanjung Balai Karimun dan Batam, ungkap Rahmadi.
Macab LMP Kabupaten Bintan berharap kepada Pemerintah serta aparat Penegak Hukum (APH) juga seluruh Instansi terkait agar lebih serius memperhatikan permasalahan ini.
Kejadian seperti ini bukan saja terjadi sekali atau dua kali, hal ini sudah sering terjadi dan sudah tidak terhitung berapa banyak korban saudara-saudara kita meninggal dan hilang di laut dan tidak di temukan, akibat ingin mencari makan dan mengais rezeki ke negara tetangga Malaysia, ungkap Rahmadi.
Perlu Pemerintah ketahui bahwa TKI ilegal yang bekerja di negara jiran tersebut, mereka di juluki “Orang Indonesia Pendatang Haram” oleh masyarakat setempat, julukan yang sangat hina menurut saya sebagai rakyat Indonesia.
TKI ilegal yang berangkat dan bekerja di Malaysia itu, mereka bekerja sebagai buruh tani dan buruh kasar bangunan pada umumnya.
“Jika memang Malaysia banyak membutuhkan tenaga kerja untuk buruh tani dan buruh bangunan, kenapa Pemerintah kita selama ini tidak pernah mendudukan permasalahan ini dengan pemerintah Malaysia untuk dapat memfasilitasi para TKI kita untuk datang dan bekerja dengan jalur resmi. kata Rahmadi
Yang mana selama ini mereka (TKI) harus lewat jalur belakang atau ilegal, lebih mirisnya lagi para TKI tersebut harus membayar mahal untuk jasa transportasi penyeberangan moda laut ilegal.
Di sini dapat kita rangkum bahwa pemerintah tidak mampu menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya, sehingga rakyatnya rela meninggalkan kampung halamannya, sehingga menjadi Pendatang Haram di negeri orang demi untuk menyambung hidup.
Disini pentingnya pemerintah agar segera mencarikan solusi yang terbaik untuk permasalahan TKI ilegal, agar tidak lagi berpergian secara ilegal untuk mencari rezeki. “Seakan – akan tidak ada ruang lagi bagi masyarakat untuk mencari nafkah di negeri sendiri, “kata Rahmadi.
Para TKI mengeluarkan biaya yang besar, ada juga sampai menjual sawah atau sapi untuk biaya ongkos ke Malaysia, mereka rela melakukan ini demi untuk bekerja mencari rezeki, hal ini belum tentu hasil yang mereka dapatkan di negara jiran tersebut dapat mengembalikan sawah dan sapi yang telah terjual.
“Mereka siap mempertaruhkan segalanya, demi untuk mendapatkan pekerjaan, “tegas Rahmadi.
Rahmadi bermohon kepada Pemerintah Indonesia beserta APH dan Instansi terkait untuk dapat menperhatikan hal ini dengan serius, agar ke depan tidak terulang lagi, tutupnya.
Turun dari Bintan
Terpisah, Redaksi WartaKepri mendapat informasi jika kapal pengangkut TKI atau PMI yang terbalik di perairan Johor Malaysia berlayar dari perairan sekitar Tanjunguban Bintan.
” Infornya turun dari Tanjung Uban, dan sudah jadi rahasian umum pak,” jelas Redaksi WartaKepri Biro Bintan.
Pengirim: Agus Ginting