Bara Juang di Tapal Batas, Transformasi Ekonomi dan Harapan Baru di Natuna

Kampung Segeram yang ada di sebelah barat Pulau Bunguran Besar diyakini masyarakat setempat sebagai lokasi penduduk awal yang menempati Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau foto: Riky Rinovsky
Kampung Segeram yang ada di sebelah barat Pulau Bunguran Besar diyakini masyarakat setempat sebagai lokasi penduduk awal yang menempati Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau foto: Riky Rinovsky

WARTAKEPRI.CO.ID, NATUNA – Fajar merekah di cakrawala Natuna, Provinsi Kepulauan Riau melukiskan kanvas alam nan memukau dengan sapuan warna keemasan. Namun, di balik keindahan panorama ini, tersimpan kisah perjuangan nelayan yang tak kenal lelah.

Vero, seorang nelayan senior dari Kecamatan Subi kulit terbakar matahari dan guratan pengalaman di wajahnya, adalah salah satu dari sekian banyak pejuang laut yang menghadapi gelombang tantangan.

Setiap pagi, Vero dan perahu tuanya yang setia, “Si Hitam”, memulai ritual mencari rezeki. Mesin perahu tua itu berdegup, napasnya adalah asap hitam yang menyembur dari mesinnya, seolah menjadi denyut nadi kehidupan bagi Vero dan keluarganya.

Solar, “darah kehidupan” bagi Si Hitam, menjadi komoditas berharga yang menentukan seberapa jauh mereka bisa melaut dan berapa banyak ikan yang bisa mereka bawa pulang.

Vero melempar kail “pancing ulur” masyarakat setempat memyebutnya, berharap mendapatkan tangkapan melimpah seperti ikan tenggiri, tongkol, atau bawal. Namun, hasil tangkapan belakangan ini semakin berkurang.

Kapal-kapal asing yang besar dan modern, bagaikan raksasa laut, telah menjarah kekayaan laut Natuna tanpa ampun. Vero dan nelayan lainnya hanya bisa menyaksikan dengan perasaan getir, sementara hasil tangkapan mereka semakin menipis.

Tidak hanya itu, sengketa wilayah Laut Natuna Utara dengan negara tetangga telah menambah lapisan kecemasan baru bagi nelayan Natuna.

Dulu, Vero dan rekan-rekannya merasa was-was setiap kali melaut, takut akan konflik dan intimidasi dari kapal-kapal asing yang kerap melanggar batas wilayah. “Laut yang dulunya menjadi sumber kehidupan dan tempat bermain bagi anak-anak nelayan,” ujar Vero kepada Wartakepri.co.id, Selasa (6/8/2024).

Namun, semangat juang nelayan Pulau Natuna tak pernah padam. Mereka adalah pewaris jiwa pelaut dari leluhur mereka, yang telah mengarungi samudra luas sejak berabad-abad lalu.

Vero dan nelayan lainnya mereka barsatu membentuk kelompok-kelompok nelayan, seperti Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Natuna, dan Kelompok Usaha Bersama (KUB), untuk saling berbagi informasi, bergotong royong, dan memperjuangkan hak-hak mereka dan menjaga kelestarian laut, menjadi mata dan telinga negara di laut natuna utara.

Hendri, Ketua HNSI Natuna, adalah sosok karismatik yang menjadi penyambung lidah bagi nelayan Natuna. Dengan lantang, ia menyuarakan aspirasi nelayan kepada pemerintah, menuntut perlindungan dan tindakan tegas terhadap kapal-kapal asing yang melanggar. Hendri juga aktif mengedukasi nelayan tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan melakukan penangkapan ikan yang berkelanjutan.

“Kami tak akan menyerah Laut Natuna adalah napas hidup kami, dan kami akan terus berjuang untuk mempertahankannya,” serunya.

Vero mengenang masa lalu lima tahun silam, ketika Kecamatan Subi masih terisolasi akibat akses transportasi laut dan tidak memadai Bahan Bakar Minyak (BBM) yang minim.

Dulu, masyarakat Subi harus berjuang dengan keterbatasan listrik yang hanya menyala selama 12 jam sehari. Hal ini menghambat aktivitas sehari-hari, terutama bagi para nelayan yang membutuhkan es untuk mengawetkan hasil tangkapan mereka.

Namun kini, berkat pembangunan infrastruktur yang masif, Kecamatan Subi telah teraliri listrik selama 24 jam penuh. Lampu-lampu yang menerangi jalanan, rumah-rumah, dan fasilitas umum, menciptakan suasana yang lebih hidup dan dinamis.

Presiden Joko Widodo, melalui kebijakan “BBM Satu Harga“, turut berperan dalam mengangkat derajat kehidupan masyarakat Natuna.

Kebijakan ini memastikan bahwa harga BBM di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil seperti Natuna, sama dengan harga di kota-kota besar. “Dampaknya, biaya operasional nelayan menurun, harga ikan menjadi lebih terjangkau, dan roda perekonomian pun berputar lebih cepat,” kata Vero.

Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Mini Kompak Kecamatan Subi Kabupaten Natuna Selasa (6/8/2024)
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Mini Kompak Kecamatan Subi Kabupaten Natuna Selasa (6/8/2024) foto Riky rinovsky

Hadirnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Mini Kompak, menambah geliat ekonomi masyarakat Kecamatan Subi kini telah menjelma menjadi lumbung ikan bagi Kabupaten Natuna.

“Alhamdulilah, hasil tangkapan nelayan melimpah, terutama dari para pembudidaya ikan, telah memenuhi permintaan pasar lokal dan bahkan merambah pasar ekspor,” tutur Vero.

Perubahan yang dialami Kecamatan Subi dalam lima tahun terakhir lanjut Vero, merupakan bukti nyata bahwa pembangunan infrastruktur, kebijakan yang pro-rakyat, dan semangat pantang menyerah dapat mengubah wajah sebuah daerah.

“Subi, yang dulu terisolasi dan tertinggal, kini telah menjadi simbol kemajuan dan harapan bagi masyarakat,” sambung Vero, yang pernah menjabat sebagai Kepala desa di kampung halamannya Kecamatan Subi, setalah purna tugas dia kembali terjun melaut yang merupakan profesi yang ditekun sejak muda.

Vero pakai baju abu abu di kecamatan subi kabupaten natuna
Vero pakai baju abu abu bersama Ridwan Mulyana, Direktur Pengelolan Sumber Daya Ikan, berfoto di kecamatan subi kabupaten natuna

Pemerintah Hadir, Nelayan Bangkit

Pemerintah, sebagai nakhoda bagi kapal besar bernama Indonesia, tak tinggal diam. Patroli laut diperketat, TNI Angkatan Laut dan Bakamla (Badan Keamanan Laut) hadir sebagai perisai, menjaga kedaulatan wilayah dari ancaman kapal-kapal asing. Kapal-kapal perang dan pesawat patroli maritim secara rutin melakukan operasi pengawasan, memastikan kapal-kapal asing tidak berani mendekati wilayah perairan Natuna.

Khususnya Bakamla, mengerahkan 4 unit kapal patrolinya untuk memastikan laut Natuna Utara selalu terjaga. Laksamana Madya TNI Irvansyah, Kepala Bakamla, menegaskan komitmen mereka dalam menjaga keamanan perairan Natuna Utara. “Kapal patroli ini sistem bergantian jika yang satu sedang ada perbaikan atau memerlukan persiapan kelengkapan yang lain melakukan pengawasan di laut Natuna Utara,” katanya saat berkunjung ke Natuna pada akhir Juli lalu.

Selain itu, pemerintah juga menggulirkan berbagai program bantuan untuk memberdayakan nelayan Natuna. Bantuan alat tangkap modern seperti jaring ramah lingkungan dan GPS diberikan untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan penangkapan ikan, keterampilan, navigasi dan keselamatan, serta pengembangan usaha perikanan berbasis masyarakat.

“Kami berharap pemerintah akan terus mendukung kami,” kata Marlina, pengelola kerupuk atom di Sentra Kerupuk Atom, Sentra  Industri Kecil Menengah (IKM) Pengelolaan Hasil Laut Kabupaten Natuna, Jalan Datok Kaya Wan Mohammad Benteng, Kelurahan Ranai Kota, Kecamatan Bunguran Timur.

Selain itu, salah satu program yang memberikan dampak signifikan adalah Program BBM Satu Harga. Melalui program ini, nelayan di Natuna dapat membeli bahan bakar minyak (BBM) dengan harga yang sama dengan di wilayah lain di Indonesia. Hal ini sangat membantu meringankan beban operasional nelayan, yang sebelumnya harus membeli BBM dengan harga yang jauh lebih mahal.

“Dulu, kami harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli BBM, sehingga keuntungan yang kami dapatkan sangat sedikit,” ungkap Budi, seorang nelayan di Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna. “Sekarang, dengan adanya BBM Satu Harga, kami bisa lebih hemat dan hasil tangkapan kami bisa lebih banyak dibawa pulang,” kata Budi.

Kehadiran Bahan Bakar Minyak (BBM) satu harga di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBU-N) juga dirasakan masyarakat di Kecamatan Serasan, ujung utara Kabupaten Natuna, disambut dengan antusiasme dan kelegaan oleh para nelayan setempat. Program ini menjadi angin segar yang memberikan harapan baru bagi mereka yang selama ini berjuang menghadapi berbagai tantangan di tengah laut.

Nelayan di Serasan, seperti di banyak daerah terpencil lainnya, sebelumnya harus berjuang keras untuk mendapatkan BBM dengan harga yang terjangkau. Mereka seringkali harus membeli BBM dari pengecer dengan harga yang jauh lebih mahal, sehingga keuntungan yang mereka dapatkan dari hasil tangkapan ikan menjadi sangat minim.

“Dulu, kami harus mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli BBM, bahkan kadang-kadang harus menempuh jarak yang jauh dan waktu yang lama untuk mendapatkannya,” ungkap Seta seorang nelayan desa kampung hilir  Kecamatan Serasan. “Namun, sekarang dengan adanya SPBU-N ini, kami bisa mendapatkan BBM dengan harga yang sama dengan di kota, sehingga biaya operasional kami menjadi lebih ringan dan pendapatan kami bisa meningkat” ujarnya.

Selain memberikan manfaat ekonomi, kehadiran SPBU-N juga berdampak positif pada aspek sosial dan lingkungan di Serasan. Para nelayan kini memiliki lebih banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan masyarakat, karena tidak perlu lagi menghabiskan waktu dan tenaga untuk mencari BBM. Selain itu, penggunaan BBM yang lebih efisien juga turut mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Pemerintah, melalui Pertamina, berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan program BBM Satu Harga ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah terpencil dan terluar. Hal ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk masyarakat nelayan yang selama ini kurang mendapatkan perhatian.

Kehadiran BBM Satu Harga di Natuna tidak hanya memberikan manfaat bagi nelayan, tetapi juga bagi seluruh masyarakat setempat. Harga-harga kebutuhan pokok menjadi lebih stabil, transportasi menjadi lebih lancar, dan aktivitas ekonomi secara keseluruhan menjadi lebih bergairah.

“Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah atas program BBM Satu Harga ini,” ujar Kepala Desa Tanjung Setelung Kecamatan Serasan, Debi Irwandi. “Program ini sangat membantu masyarakat kami, terutama para nelayan yang menjadi tulang punggung perekonomian desa,” paparnya.

Keberhasilan program BBM Satu Harga di Serasan menjadi bukti nyata bahwa pemerintah hadir untuk seluruh rakyat Indonesia, tak terkecuali mereka yang tinggal di daerah terpencil. “Saya merasakan ini adalah langkah penting dalam mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia, serta membangun Indonesia yang lebih maju dan sejahtera,” pungkas Debi.

Hasilnya mulai terlihat. Pelabuhan-pelabuhan di Natuna kembali ramai dengan aktivitas bongkar muat ikan. Tumpukan ikan segar menggunung, didominasi oleh tongkol, cakalang, dan tuna, pertanda bahwa laut Natuna masih menyimpan berkah yang melimpah. Senyum merekah di wajah Taufik, nelayan kota Ranai pusat kota kabupaten natuna, saat ia menceritakan hasil tangkapannya yang berlipat ganda. “Alhamdulillah, tahun ini rezeki laut luar biasa,” ucapnya penuh syukur.

Keberhasilan ini bukan hanya milik nelayan, tapi juga seluruh masyarakat Natuna. Pasar-pasar tradisional kembali bergairah dengan tawa riang para pedagang dan pembeli.

Restoran dan warung makan dipenuhi dengan hidangan laut segar dengan harga terjangkau, mengundang selera para pengunjung. Industri pengolahan ikan juga berkembang pesat, menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Abon ikan, kerupuk ikan, dan berbagai produk olahan lainnya menjadi oleh-oleh khas Natuna yang semakin diminati.

Aktivitas SPBU coco ritel di Jalan Datuk Kaya Wan Mohammad Benteng Kabupaten Natuna, Selasa (6/8/2024) foto Riky Rinovsky
Aktivitas SPBU coco ritel di Jalan Datuk Kaya Wan Mohammad Benteng Kabupaten Natuna, Selasa (6/8/2024) foto Riky Rinovsky

Transformasi Ekonomi Natuna, Lebih dari Sekadar Laut

Bupati Natuna, Wan Siswandi, mengajak masyarakat bersyukur atas hadirnya SPBU di beberapa wilayah di Kabupaten Natuna. Dengan beroperasinya 2 SPBU baru di tahun 2023 ini, total SPBU BBM Satu Harga di Natuna menjadi 13 unit, baik Itu SPBUN maupun SPBU kompak.

SPBU-SPBU ini tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Natuna, sehingga hampir seluruh masyarakat di Natuna sudah dapat menikmati BBM dengan harga yang sama dengan di wilayah lain di Indonesia.

Wan Siswandi pun mengapresiasi semua pihak yang telah bekerja keras untuk mewujudkan program BBM Satu Harga di Natuna. Ia berharap program ini dapat terus bermanfaat bagi masyarakat dan mendorong kemajuan ekonomi di daerah.

Bupati Natuna, Wan Siswandi, menyambut baik peresmian Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Satu Harga di Desa Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara.

Peresmian ini merupakan hasil kolaborasi antara Pertamina dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dalam rangka mewujudkan keadilan energi bagi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Bupati Siswandi menyampaikan apresiasinya kepada Pertamina dan BPH Migas atas komitmen mereka dalam menghadirkan akses BBM yang mudah dan terjangkau bagi masyarakat natuna.

Kehadiran SPBU ini diharapkan dapat mengatasi kendala yang dihadapi masyarakat dalam memperoleh BBM, terutama bagi para nelayan yang sebelumnya harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkannya.

“Dengan beroperasinya SPBU Satu Harga ini, diharapkan masyarakat dan nelayan di Kelarik dapat memperoleh BBM dengan harga yang lebih terjangkau dan sama dengan daerah lain di Indonesia,” jelas Bupati Siswandi.

Bupati Siswandi juga menekankan pentingnya peran SPBU Satu Harga dalam mendukung kelancaran aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. “Akses BBM yang mudah dan terjangkau akan membantu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha masyarakat, sehingga pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan,” Sebut Bupati.

Lebih lanjut, Bupati Siswandi menyampaikan beberapa harapan terkait dengan operasional SPBU Satu Harga di Kelarik dan Bunguran Selatan.

“Diperlukan pengawasan yang ketat untuk memastikan bahwa SPBU ini beroperasi sesuai dengan ketentuan dan melayani masyarakat dengan baik,” kata Wan Siswandi.

Kata Bupati Wan Siswandi, Masyarakat diimbau untuk memanfaatkan SPBU ini secara bertanggung jawab dan menjaga kelancaran operasionalnya.

“Hadirnya SPBU Satu Harga di Natuna merupakan langkah maju dalam mewujudkan keadilan energi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Natuna. Dengan komitmen dan kerjasama dari berbagai pihak, diharapkan SPBU ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan mendorong kemajuan ekonomi di wilayah tersebut,” pungkas Bupati.

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Natuna mengungkapkan fakta menarik bahwa sektor jasa kini menjadi penyumbang lapangan kerja terbesar, melampaui sektor pertanian.

Kepala BPS Natuna, Wahyu Dwi Sugianto, menjelaskan bahwa dari total 84.560 jiwa penduduk Natuna pada tahun 2023, Namun, Natuna tak hanya tentang laut dan nelayan.

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2023 menunjukkan 61,45% penduduk bekerja di sektor jasa, sementara sektor pertanian hanya menyerap sekitar 21,51%.

Kepala BPS Natuna, Wahyu Dwi Sugianto, menjelaskan, “Sektor jasa menjadi penyumbang lapangan kerja terbesar di Natuna, diikuti oleh sektor pertanian.” Ini adalah bukti nyata bahwa Natuna memiliki potensi ekonomi yang beragam dan tak hanya bergantung pada kekayaan lautnya,” ujarnya.

Pariwisata adalah salah satu sektor yang sedang berkembang pesat di Natuna. Keindahan pantai dan pulau-pulau yang masih alami, seperti Pulau Senua, Pulau Alif Stone Park, dan Pantai Tanjung Sebagul, menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain itu, kekayaan budaya dan sejarah Natuna juga menjadi daya tarik tersendiri.

Pemerintah daerah Natuna juga terus berupaya mengembangkan sektor-sektor lain seperti pertanian, perkebunan, dan industri kecil menengah. Program-program pelatihan dan pendampingan diberikan kepada masyarakat untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk-produk lokal. Di balik transformasi ekonomi Natuna, Pertamina Patra Niaga hadir sebagai garda terdepan dalam menjaga pasokan energi.

Pertamina Patra Niaga memastikan masyarakat di Kabupaten Natuna, salah satu wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia, dapat menikmati BBM dengan harga yang sama dengan seluruh Indonesia. Ini merupakan komitmen nyata pemerintah dalam memenuhi kebutuhan BBM masyarakat, khususnya di daerah yang memiliki tantangan geografis.

M. Ryan Primananda, Sales Branch Manager Rayon I Kepulauan Riau, PT Pertamina Patra Niaga, menjelaskan bahwa rata-rata kebutuhan Biosolar di Natuna mencapai 615 kiloliter per bulan, sementara Pertalite mencapai 846 kiloliter per bulan.

“Kami berkomitmen untuk menjaga pasokan energi bagi masyarakat Natuna, termasuk nelayan yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah,” ujar Ryan. “Meski Natuna merupakan wilayah kepulauan dengan tantangan logistik, kami berupaya memastikan BBM tersedia dengan harga yang sama di seluruh Indonesia,” kata Rian, dihubungi, Wartakepri.co.id, Selasa (6/8/2024).

Menurut penulis, Pertamina tidak hanya menyediakan BBM, tetapi juga berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat. Program-program Corporate Social Responsibility (CSR) seperti pelatihan keterampilan bagi pemuda, bantuan sarana dan prasarana pendidikan, serta pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) secara rutin dilaksanakan.

Natuna, bara juang di tapal batas, terus menyala. Para Nelayan Natuna adalah pahlawan-pahlawan laut yang tak kenal lelah menjaga kedaulatan dan kekayaan bahari Indonesia. Kini, dengan semangat transformasi ekonomi dan dukungan dari berbagai pihak, Natuna siap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan.

Di tengah badai sengketa yang tak kunjung reda, nelayan Natuna tetap bertahan. Mereka adalah pahlawan laut yang tak kenal menyerah, berjuang untuk menjaga kedaulatan wilayah dan sumber daya alam bagi generasi mendatang.

Kisah Vero dan nelayan Natuna lainnya adalah cerminan semangat juang yang tak pernah padam, sebuah perjuangan untuk mempertahankan kehidupan di tengah gelombang tantangan yang tak henti-hentinya menerjang.

“Laut Natuna bukan hanya sumber kehidupan bagi nelayan, tapi juga potensi besar bagi pariwisata dan sektor-sektor lainnya. Dengan pengelolaan yang bijaksana dan berkelanjutan, Natuna dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia dalam mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berwawasan lingkungan,” kata Penulis melalui liputan, oleh Riky Rinovsky jurnalis pulau natuna yang setia menerbitkan informasi untuk pembaca setia wartakepri.co.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

PKP Dreamland DPRD BATAM 2024