WARTAKEPRI.co.id, BANGKA – PT Timah kembali menggelar program kemasyarakatan (kesehatan) di Desa Cupat, Kecamatan Parit Tiga, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Senin (2/12/2024).
Kali ini PT Timah menggandeng Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Bangka Belitung.
“Melalui program ini, PT Timah bersama AIMI Babel mengedukasi masyarakat tentang pencegahan stunting dengan meningkatkan kemampuan para Ibu dalam menyiapkan makanan sehat, guna memenuhi standart gizi seimbang dengan bahan lokal yang ada,” terang Departemen Head Corporate Communication PT Timah Anggi Siahaan.
“Untuk itu PT Timah terus berkomitmen mendukung program Asta Cita pemerintah melalui berbagai program, salah satunya melalui kegiatan pencegahan stunting ini,” tambah Anggi.
Program edukasi pembelajaran gizi ini masih kata Anggi untuk menurunkan angka stunting, sekaligus menyelaraskan program Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kesehatan masyarakat dalam kebutuhan pemenuhan gizi anak.
“PT Timah turut berkontribusi dalam mengambil peran guna menyukseskan program ini dengan berkolaborasi bersama AIMI Babel,” ucap Anggi.
Pihaknya berharap agar program ini dapat meningkatkan kualitas gizi para pelajar, sehingga bisa mendukung Indonesia Emas 2045.
“Melalui program Asta Cita menuju Indonesia Emas 2045, selaras dengan program Pemerintah untuk menangani dan menurunkan prevelensi stunting,” sebut Anggi.
Sementara itu, Kepala Desa Cupat, Gegha Khris Kharishma mengapresiasi sekaligus menyampaikan ucapan terima kasih kepada PT Timah, ikut berperan aktif melaksanakan edukasi tentang pencegahan dan penanganan stunting di wilayah operasional perusahaan.
“Terima kasih kepada PT Timah yang telah memberikan kesempatan kepada warga kami, dalam menanggulangi permasalahan stunting yang ada di desa kami, mudah-mudahan kegiatan seperti ini dapat terus terselenggara,” harap Khris.
Kegiatan tersebut kata Khris terselenggara oleh PT Timah bersama AIMI Babel tersebut selama tiga hari, untuk mengedukasi ibu-ibu dalam memberikan makanan yang bergizi kepada anak-anaknya.
“Semoga kegiatan ini dapat berdampak untuk masyarakat kami, terutama untuk anak-anak kami dapat mengalami perubahan, baik berat badan dan motorik anak-anak kami,” tutur Khris.
Pihaknya mengakui, kegiatan seperti ini baru pertama kali dilaksanakan di desa mereka.
Namun, desa ini juga memiliki program atau kegiatan untuk memberikan edukasi terkait stunting, dimana dalam pelaksanaannya melibatkan anak-anak PAUD.
“Anak-anak belajar sembari bermain di perpustakaan, dua kali dalam seminggu,” pungkasnya .
Khris menambahkan, dalam setiap kegiatan tersebut, juga memberikan makanan tambahan diantaranya bubur kacang hijau, kue dan juga buah-buahan.
“Bisa dikatakan programnya hampir sama, namun sasarannya saja yang berbeda,” ucapnya.
Lebih lanjut, Khris membeberkan, berdasarkan data yang dimiliki pemerintah Desa Cupat, terdapat 18 anak yang mengalami stunting. Jumlah ini menurun dari angka sebelumnya yakni sebanyak 28 orang anak.
“Untuk menuju zero (nol) stunting mungkin agak berat, karena permasalahan di masyarakat itu rumit dan kompleks, tapi kami berharap adanya penurunan angka setiap tahunnya,” katanya.
Image stunting di masyarakat kata Khris kurang bagus, diakibatkan ketika anak-anak mereka dikategorikan stunting, mereka sudah kecewa, karena sigma stunting tersebut menurut mereka suatu hal yang negatif.
“Kami berharap, kerjasama tidak hanya sampai di sini saja, tetapi dapat terus dilakukan sampai angka stunting ini benar-benar turun,” pintanya.
Sementara itu, salah satu warga yang mengikuti kegiatan tersebut, Lisa Astari (37) sangat senang dan teredukasi.
Lantaran menurutnya dengan adanya kegiatan pembelajaran gizi dari PT Timah tersebut, karena menambah wawasan dan pengetahuan kami secara mendalam tentang stunting itu sendiri.
“Semoga kedepannya, PT Timah memberikan asupan gizi untuk anak-anak yang mengalami stunting serta terus berjalan hingga angka stunting di desanya benar-benar turun,” katanya.
Tidak hanya itu saja, Lisa juga berharap agar dapat meningkatkan pemahaman orang tua tentang stunting.
“Ketika orang tua mendapati anaknya mengalami stunting itu tidak menerima, sebab seolah-olah dicap jelek lah. Namun, dengan adanya kegiatan seperti ini, justru para orang tua dapat mengerti dan lebih memahami apa itu stunting,” tandasnya.(Aman)