WARTAKEPRI.co.id, KARIMUN – Masyarakat bumi berazam menyambut antusias pada pelaksanaan kegiatan pelaksanaan mandi syafar, yang jatuh pada bulan syafar yaitu minggu terakhir di bulan syafar yang diadakan sekali dalam setahun.
Dalam pelaksanaan upacara mandi syafar ini ditemui serangkaian aktifitas diantaranya terdapat aktifitas yang berupa ibadah dalam agama Islam seperti berzikir (sebelum berzikir diadakan kenduri terlebih dahulu), membaca surat yasin serta bershalawat, turut serta dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) kabupaten Karimun.
Disela-sela sambutannya, Pejabat nomor wahid dilingkungan pemerintahan kabupaten karimun, H. Aunur rafiq menjelaskan bahwa, kita sebagai orang melayu yang identik dengan islam yaitu kegiatan mandi syafar, yang memang sudah menjadi turun temurun sejak dahulu kala.
“Kegiatan mandi syafar ini mengandung makna tentang intropeksi diri baik Jasmani maupun Rohani, selain itu juga memohon ampun dan perlindungan kepada Allah SWT agar selamat dari musibah, bahaya dan malapetaka,” ujarnya dihadapan para tamu undangan dan masyarakat karimun pada minggu (27/10/2019).
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, kepala dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Karimun, Zamri menerangkan bahwa Kegiatan mandi syafar ini di gelar setiap tahunya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten karimun beserta masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan adat budaya tradisi Melayu di Lingga dan juga sebagai potensi objek wisata sejarah dan budaya di negeri Bunda Tanah Melayu.
“Mandi syafar telah dilaksanakan turun temurun yang berlangsung sejak Sultan Lingga – Riau yang terakhir, Sultan Abdurrahman Muazamsyah ( 1883 – 1911), tradisi ini telah diakui dan tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, besar harapan akan dipertahankan dan diwariskan,” imbuhnya.
Kepercayaan masyarakat dengan mandi Safar akan menghilangkan kesialan pada anggota tubuh dan memohon keselamatan atas bala dan bencana yang datang pada bulan tersebut. Ritual mandi Safar dengan maksud untuk menolak bala bencana tersebut, yang menimpa dan menjadi sebuah kenyakinan masyarakat bahwa akan membawa kesialan bagi anggota badan, jika tidak dibersikan pada bulan tersebut.(*)
Kiriman : Aziz Maulana
Editor : Dedy Suwadha